Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Thursday, November 19, 2009

It's all about LOVE...



Cinta...
Hmmm...selalu ada kata yang terukir untuk cinta...
Perasaan senang, bahagia, nyaman, menyejukkan, menentramkan, bla..bla..bla...
Itulah Cinta!

But now, we will not talk about that love...^_^

Suatu malam,aku di ajak makan ke sebuah rumah makan Padang oleh kakakku. Biasalah, lama dirantau membuat kami rindu akan masakan Ibu yang khas dan luar biasa enaknya.
Ketika menunggu pesanan datang, aku melihat didepan mejaku ada seorang Bapak dan seorang Ibu tengah menikmati makan malam. Mereka sudah tidak muda. Ini terlihat dari fisik dan uban yang tumbuh subur di rambut mereka. Kuperkirakan usianya diatas 60 tahun.

Yang menarik perhatianku adalah ternyata di usia yang sudah beranjak senja, mereka masih bisa menikmati kebersamaan sebagai sepasang suami istri. Kebersamaan itu terlihat sangat indah dan romantis. Ketika pasangan itu selesai makan dan akan beranjak pergi, barulah aku sadari bahwa sang Ibu sudah tidak lagi bisa berjalan dengan sempurna. Sepertinya terkena stroke, yang melumpuhkan sebagian saraf2-nya. Atau mungkin bisa jadi juga karena penyakit yang lain. I don't know, exactly.
Namun sang Bapak, dengan sabarnya membantu si Ibu berdiri dari tempat duduknya. Menggaenggam tangan si Ibu dengan lembut dan dengan penuh kasih sayangnya.

Hmmm... Inilah yang membuatku terenyuh dan berkata..that's the trully love..!! Umur boleh berkurang...tapi cinta mereka terus tumbuh dengan indah...Andaikan pasangan suami istri yang sedang bermasalah melihat pasangan tua tersebut, pastilah mereka akan rujuk kembali ( pikiran singkatku saja .. )

Subhanallah... Maha Suci ALLAH yang menganugrahkan rasa cinta dihati hamba-hamba-Nya. Dan seindah-indah cinta adalah cinta yang dibalut karena cinta kepada ALLAH.

What's going on???

\

De Javu...itulah yang saya rasakan. Seolah-olah apa yang terjadi hari ini pernah terjadi sebelumnya^_~. Tak pernah terbayangkan ternyata reaksi seorang mahasiswa S2 sama saja dengan mahasiswa S1, siswa SMA bahkan siswa SMP.

Yup...coba bayangkan, ketika seorang guru berhalangan hadir untuk mengajar, apa reaksi yang muncul pertama kalinya dari mulut siswa?? Lebih kurang seperti ini " Yes..", "Hore...", Ssip...", atau bersorak bahagia sambil memukul-mukul meja di kelas ( kalo reaksi terakhir memang agak lebay, tapi terjadi ketika saya sekolah dulu)

Sekarang, saat saya duduk di bangku S2 pun, reaksi itu pun tak jauh berbeda. Atau bisa diartikan sama. Ketika dosen berhalangan hadir, mahasiswa merasa amat lega...^_^

Kemudian timbul pertanyaan:
" What's going on? "
Ada apa dengan dunia pendidikan kita?
Kenapa siswa begitu bahagia ketika tidak ada guru?
Kenapa mahasiswa begitu senang ketika tidak ada dosen?
Apakah guru adalah momok yang menakutkan?
Apakah dosen adalah momok yang menyeramkan?

Entahlah... Mungkin jika pertanyaan ini di ajukan ke masing-masing individu mereka pastilah punya berbagai macam alasan dan jawaban.Dan tentunya tidak semua siswa atau mahasiswa yang seperti itu (senang ketika guru/dosen tidak hadir). Maaf jika saya terlalu mengeneralisasikan permasalahan ini.

Yang jelas kejadian yang terus terjadi hingga sekarang ini, menggelitik pikiran saya untuk terus mencari sebuah jawaban!

What's going on???

Comfortable Zone



Zona nyaman.
Semua orang pasti selalu menginginkan berada di zona nyaman. Sebagai contoh, seorang yang ingin curhat, pasti mencari teman yang nyaman untuk diajak bicara. Atau seseorang yang ingin menikah, pasti mencari pasangan yang benar-benar bisa membuatnya nyaman mengarungi hidup. Atau seseorang yang bekerja pasti ingin mendapatkan suasana dan lingkungan yang nyaman dengan pekerjaannya. Seterusnya dan seterusnya.

Tak ada salahnya memang ketika kita memimpikan hidup pada zona nyaman. Namun terkadang kita harus (bahkan memaksa diri)untuk keluar dari zona tersebut jika ingin SUKSES. Kenapa? karena nyaman identik dengan malas. Ketika kita sudah nyaman, pasti kita tidak mau lagi berpikir, tidak mau lagi berbuat atau tidak mau lagi melakukan apapun karena kita sudah nyaman.

Keluar dari zona nyaman membuat kita hidup lebih tertantang karena memiliki banyak target-target yang ingin dicapai, ada cita-cita yang ingin diraih dan ada impian-impian yang ingin diwujudkan. Dan situasi ini menuntut kita untuk kuat, tegar dan survive. Kesulitan-kesulitan/ ketidaknyamanan2 juga membuat kita terus mencari jalan keluar dan semangat menjalani hidup.Andaikan kita selalu berada di zona nyaman, maka kita menjalani hidup ini dengan cara yang sederhana dan biasa-biasa saja.

Tentunya akan terasa nikmat, ketika memperoleh hasil dari jerih payah yang melelahkan. Kita akan menemukan zona nyaman yang luar biasa. Namun satu hal ketika kita sudah menemukan zona nyaman tersebut, maka janganlah mudah untuk puas. Temukanlah lagi zona nyaman-zona nyaman yang baru dengan melewati zona yang tidak nyaman yang baru pula.

Bukankah ALLAH juga mengatakan bahwa "Ketika kamu selesai dengan satu urusan maka carilah urasan yang lain...". Jadi, that's life .... to solve the problem and to face all of the challeging.

Ingin SUKSES??
Mari sejenak kita keluar dari zona nyaman.

Kiamat 2012?


Akhir-akhir ini kembali warga dunia dihebohkan dengan kemunculan sebuah Film yang berjudul "2012" garapan Roland Emmerich. Konon kabarnya film ini menceritakan tentang peristiwa terjadinya Kiamat pada tahun 2012. Film ini cukup mendapatkan sorotan,hal ini terlihat dari antusiasme penonton yang berbondong-bondong datang ke bioskop.Bahkan di kota Yogya untuk beberapa hari kedepan tiketnya sudah "sold out" alias laris manis.

Ternyata film ini tak luput dari perhatian Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di beberapa daerah bahkan MUI dengan tegas menfatwakan pelarangan pemutaran "2012" ini. Menurut MUI, film ini dapat merusak akidah umat Islam yang menontonnya karena kapan datang dan dimana terjadinya Kiamat itu diluar kajian manusia. Dan dalam film ini juga diperlihatkan hancurnya beberapa simbol-simbol Islam secara implisit.Tapi anehnya, semakin dilarang, semakin besar minat masyarakat untuk menonton.Padahal sebenarnya film-film semacam "2012" juga sudah pernah ada sebelumnya seperti " The Day After Tomorrow" (2004) dll. Tapi kenapa film ini terlalu di "blow up"?

Terlepas dari kontroversinya,menurut saya sebagai umat Islam kita tidak usah mempersoalkan kapan dan dimana Kiamat akan terjadi. Alangkah lebih baik jika kita fokus kepada bagaimana mempersiapkannya. Kita tentu berharap jangan sampai dipertemukan dengan hari Kiamat (meninggal sebelum kiamat datang). Karena berdasarkan Al-Qur'an, rasanya tidak akan sanggup kita menyaksikan peristiwa yang amat luar biasa dahsyat tersebut.

Kiamat memang sudah dekat. Bumi juga sudah lelah dengan segala perangai manusia yang luar biasa jahatnya. Alam mulai tak bersahabat, bencana dimana-mana, pemanasan global, mencairnya es di kutub utara, dll.

" 2012"...???
Masih 3 tahun lagi!!
Bisa lebih cepat atau bisa lebih lambat.
Tentunya selagi masih ada nyawa dibadan berarti masih ada kesempatan untuk bertaubat.

Wallahualam.

Friday, November 13, 2009

Dia Isa atau Bella??

Sosok ini unik, seunik penampilannya. Dia memilih hidup didaerah abu-abu. Entah apa kata-kata yang tertulis disalah satu kolom KTP-nya, yang jelas aku bingung, harus memanggilnya apa!

Secara fisik dia maskulin, tapi secara penampilan dia feminim. Jadi aku harus memanggilnya apa, Mas atau mba'? Isa tau Bella?? Entahlah..bingung..!

Ketika aku melewati salon tempat ia bekerja dan jika tanpa sengaja berpas-pasan, aku hanya bisa tersenyum tanpa bisa berkata-kata.Dia pun terkadang mengerti atas kebingunganku dan selalu menyambut senyuman itu dengan ramah.

Dikota ini banyak sekali manusia dengan status abu-abu seperti dia. Mereka bebas memproklamirkan diri. Tadinya aku sempat shock dan susah untuk bernafas ketika orang berstatus abu-abu ini tiba-tiba muncul di depan wajahku.Tapi inilah konsekuensi hidup di kota besar, segala macam ada disini.

Disatu sisi mungkin banyak orang yang tidak suka, benci, risih, jijik bahkan menganggap mereka itu tidak ada, tapi disisi lain mereka juga manusia biasa yang berhak untuk hidup dengan pilihannya.

Banyak faktor mungkin yang menyebabkan mereka seperti itu. Seperti faktor hormonal, lingkungan, tantangan hidup, realita, penyakit dll. Terkadang ada keinginan gila muncul di benakku untuk mengobservasi kehidupan mereka. Aku ingin tahu apa yang mereka fikirkan? Kenapa mereka memilih keluar "jalur"? Apa mereka pernah berfikir tentang masa depan? Seberapa lama mereka akan bertahan dengan kondisi tersebut? Apakah mereka tidak merindukan hidup secara nornal dan mendambakan punya istri dan anak?

Entahlah...

Walaupun agama melarang keras atas apa yang mereka lakukan, tapi aku tetap tidak berhak menghakimi mereka. Cukuplah ALLAH yang memberi penilaian.

Selemah-lemah keimananku, aku hanya bisa mendoakan semoga Bella dan kawan-kawan mendapatkan hidayah-Nya, sehingga bisa hidup normal sebagai mana dia dulu diciptakan.

Wallahualam.

Flamboyan, November 2009.

The Great woman

" Wanita cantik melukis kekuatan lewat masalahnya, tersenyum saat tertekan, tertawa disaat hati sedang menangis, memberkati disaat terhina, mempesona karena mengampuni. Wanita cantik, mengasihi tanpa pamrih dan bertambah kuat dalam do'a dan pengharapan...."

Kata2 bijak ini kupersembahkan:

Untuk setiap wanita yang tengah mengangis saat ini...
Untuk setiap wanita yang menunggu dalam bait-bait kerinduan...
Untuk setiap wanita yang bertahan di atas puing-puing kehancuran...
Untuk setiap wanita yang tegar diantara cucuran airmata...
Untuk setiap wanita yang masih bisa tersenyum dalam luka yang dalam...
Untuk setiap wanita yang berhati lembut dengan memaafkan...
Untuk setiap wanita yang merasa dizholimi dengan berlapang dada...
Untuk setiap wanita yang berduka dengan kesyukuran...
Untuk setiap wanita cantik yang menapaki hari dengan keyakinan...

La Tahzan...
Semoga ALLAH selalu melindungi, menjaga dan menjadikan kita wanita-wanita yang dirindukan syurga...

Aku mencintaimu semua sahabat-sahabatku karena ALLAH..


Flamboyan, in the dark of night.

NASEHAT DIKALA HUJAN

Awan hitam menggelayut di kota Yogya sore ini. Aku berpikir untuk segera sampai dirumah sebelum langit memuntahkan segala isinya.Sejenak aku melupakan ujian filsafat yang baru saja berakhir yang meninggalkan seulas senyum kekecewan. Betapa tidak, perjuangan beberapa hari dibalas dengan score 29. Betapa benar2 membuat persendianku lemas.

Aku mempercepat langkah karena butiran-butiran kristal itu mulai turun setitik demi setitik yang kemudian tak terbendung jumlahnya. Akhirnya kuputuskan untuk berhenti sejenak. Aku berusaha adil dengan tubuhku, bukankah ia saat ini tengah menderita kelaparan yang amat sangat? Kenapa aku harus menghukumnya lagi dengan membiarkannya kuyup di terjang hujan yang dingin?

Ternyata penantian tak selamanya membosankan. Aku bisa menikmati simfoni hujan, menatap daun-daun yang bersorak riang serta mencium wangi tanah yang basah. Aku rindu suasana seperti ini setelah sekian lama Yogya di landa musim panas yang cukup extreme.

Tiba-tiba di depanku berhenti seorang ibu2 dengan sepedanya. Dia kemudian memakirkan sepeda itu dan berdiri disampingku. Kami saling berpandangan dan melempar senyuman. Tak ada yang istimewa darinya, kemejanya lusuh, topinya juga lusuh dan sepeda ontel yang dibawanya juga terlihat sangat tua dengan lilitan tali dan kantong plastik dimana-mana. Tapi aku yakin, dia pasti seorang pahlawan. Yah, Pahlawan Kehidupan.

Memecah kebisuan kami, si Ibu menawarkan dagangannya padagu. Disepeda itu terlihat keranjang yang berisi berkilo-kilo buah mangga dan salak. Tadinya aku menolak dengan halus, karena yang aku butuhkan saat ini hanyalah sepiring nasi hangat untuk mengobati pemberontakan lambungku yang mulai tersa perih. Namun, karena harga mangganya hanya Rp. 3500,-/kg nya, aku pun tergoda untuk membeli.

Disanalah suasana mencair. Si Ibu dengan ramahnya bertanya padaku. Akupun menjawab dengan senang hati. Sesaat kemudian dia bercerita, yah bercerita tentang harapan2 nya. Walaupun hanya tamat SMA, tapi dia bercita-cita agar anak-anaknya bisa bersekolah setinggi-tingginya. Dia tidak ingin anak-anaknya bodoh dan mudah ditipu oleh orang lain.

Si Ibu juga mengatakan bahwa dia hanyalah seorang miskin yang tidak punya harta yang bisa diwariskan. Dia berharap dengan bekal ilmu itulah yang kelak akan membuat anak-anaknya bahagia. Dengan bangga si Ibu menyampaikan bahwa ketiga anaknya kini telah bekerja dan seorang lagi saat ini tengah kuliah. Sang anak juga rajin dan mendapat besiswa sehingga bisa sedikit meringankan bebannya.

Andaikan saat itu bisa memeluk, maka akan kupeluk Ibu itu dan mengatakan betapa sungguh luar biasanya ia. Dibalik segela kekurangan, ia masih memiliki harapan dn cita2 yang luar biasa. Aku juga sangat berterima kasih atas pelajaran hidup yang diberikannya secara gratis.

Hujan mulai reda, kami pun saling berpamitan dan mendoakan. Si Ibu mendo'akanku dengan do'a dan harapan yang cukup banyak untuk kuliahku, ilmuku, kesuksesanku dan masa depanku. Betapa lapang rasanya dada ini. Kami pun berpisah dan sebuah mozaik-mozaik hidup baru saja kupungut.

Terima kasih ALLAH, inilah sebuah nasehat dikala hujan yang membuatku lebih optimis dalam manjalani hidup.

DELAPAN PERHIASAN BAGI DELAPAN PERKARA

Abu Bakar Ash Shidiq mengatakan ada delapan perkara yang merupakan perhiasan bagi delapan perkara yang lain.

Pertama, memelihara diri dari meminta-minta merupakan perhiasan bagi kefakiran.

Kedua, bersyukur merupakan perhiasan bagi nikmat yang diberikan-Nya.

Ketiga, sabar merupakan perhiasan bagi musibah.

Keempat, tawadhu diri merupakan perhiasan bagi kemuliaan.

Kelima, santun merupakan perhiasan bagi ilmu.

Keenam, rendah hati merupakan perhisasan bagi pelajar.

Ketujuh, tidak megingat-ingat pemberian merupakan perhiasan bagi kebaikan.

Delapan, Khusyu' merupakan perhiasan bagi sholat.

The Power of Optimist

Suntuk. Itu yang kurasakan pagi ini. Bosan melihat tumpukan kertas-kertas yang berserakan dikamarku. Aku butuh udara segar untuk melepaskan sesakku. Maka pagi ini aku keluar dan berjalan-jalan.

Tak ada tujuan yang jelas. Aku membiarkan kakiku melangkah menunju gang-gang sempit yang dipadati rumah penduduk. Aku terus melangkah melewati setiap sudut asing dan tak kukenal.Kubuang segala kegalauan, kuhilangkan semua kerisauan yang bersemayam dihatiku. Sejenak, aku ingin lepaskan semua, dan menjadi manusia bebas tanpa beban.

Tak sadar, langkah kaki membawaku ke kawasan kampus. Terlihat mahasiswa2 lalu lalang dengan kesibukan mereka masing-masing. Pffuh...alangkah melelahkan fikirku.

Tiba-tiba aku melihat objek menarik yang kini tengah berjalan di depanku. Seorang mahasiswi dengan jilbab birunya berjalan dengan langkah kaki yang berderap. Aku pandangi gadis itu. Sekilas terlihat biasa, tapi tongkat yang digengggamannya itulah yang membuat ia terlihat luar biasa.Tongkat itu diketuk-ketukkan ke jalan beraspal, menjadi pemandu setia saat melangkah. Tak ada kepesimisan, tubuh itu terlihat tegap dengan kepala terangkat.

Kemudian dari arah belakang, datang seseorang yang kemudian menggenggam telapak tangan gadis itu dan menggangandengnya dengan erat. Mereka saling tersenyum dan menyapa dengan hangat. Sehangat mentari pagi ini. Aku berfikir lagi, pastilah dia seorang teman atau sahabat gadis itu. Aku tersenyum, betapa indah pertemanan mereka.

Tak berapa lama, merekapun memutuskan untuk menyebrangi jalan, artinya objek itu akan hilang dari hadapanku. Aku terus melangkah, sehingga mendahului mereka berdua yang masih bersiap-siap untuk menyebrang. Sesaat aku menoleh ke arah gadis itu. Senyuman masih tersisa di bibirnya, namun kedua mata itu terkatup, dia tidak bisa melihat.

Subhanallah, betapa sempurnanya gadis itu dengan ketidaksempurnaannya. Betapa kekurangan indera penglihat tidak mematahkan semangatnya untuk duduk di bangku universitas.

Terimakasih Allah. Terimakasih atas semua ini. Aku sangat malu, malu akan ketidaksyukuranku.

Fa bi ayyi ala irrabbikuma tukadziban...

Karangmalang, 9 November 2009.

Hallo???

Kring..........

Assalamu'alaikum.
Hallo?
Apa kabar?
Sehat?
Gimana kuliahnya?
Berjalan lancar?
Ujiannya gimana?
Hasilnya sudah keluar belum?
Kemana liburan?
Ga' jalan-jalan?
Ga' refreshing?
Kalo capek, ya istirahat dulu,
ga' usah terlalu dipaksakan.
Yo wes, udah dulu ya!

Clik..tut..tut...tut...

Sejenak aku tersenyum,
Memandang wajah itu,
wajah yang tak asing bagiku,
Yah, dia adalah aku,
yang saat ini berdiri didepan cermin.

Flamboyan, Yogyakarta.

let's write...

Menulis bisa jadi zona ternyaman bagi siapa saja. Dengan menulis semua rasa, keinginan, cita-cita, dan apapun bisa diungkapkan. Tak peduli tulisan itu dimengerti ato tidak, tersusun dengan gramatikal yang baik atau tidak, yang jelas menulis sajalah jika itu bisa membuat lega.

Menurutku, menulis juga bisa dijadikan obat. Yap, obat untuk mengatasi kesedihan, kegelisahan, kegundahan, kebimbangan, dan segelumit emosi lainnya yang tidak tersampaikan secara lisan. Menulis bisa mengangkat 1/2 beban yang bergelayut di pundak kita. So, let's write everything...and tell the world that u're strong enough to face all of the problem!!!

Summer, 2009