Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Tuesday, June 22, 2010

Gelisah

waktu ternyata mampu menghampus segala
bahkan yang paling dekat sekalipun
yang alirannya bermuara sama

aku tak mengenalinya lagi
sesuatu yang paling dekat
tapi terasa amat sangat jauh

aku sedih tak tau harus bagaimana
tak tau harus mengawalinya seperti apa
Jarak membuat kami terhempas pada dunia yang berbeda

hitungan tahun itu terasa jauh
dan kamipun semakin terasa jauh..
entah dimanakah letak titik yang bisa menyatukan..
tak ada yang bisa menjawab

rasa rindu ini terus kusimpan
bercampur dengan rasa bersalah yang berkecamuk

aku tlah gagal,
gagal menjadi tempat berbagi..
gagal menjadi tempat bersandar..
dan gagal..
gagal menjadi seseorang yang bisa di andalkan

aku tak tahu,
seberapa besar posisiku baginya?
masihkah ia ingat akan keberadaaanku?
atau aku hanya sebagai bagian yang tlah hilang?
entahlah..

Tuhan,
lindungilah ia,
karena tangan-tanganku tak mampu menyentuhnya..
dan maafkan aku.
jika tak pernah ada disejarah hidupnya..

Monday, June 21, 2010

Just think

Jika kau dihadapakan akan suatu pilihan
dan tak mungkin mengahpus jejak yang tlah terlewati..
Apa yang akan kau lakukan?
Menyesal?
Tak akan
Dan tak boleh..
Karena kau ada karena sebuah keputusan yang kuabuat.
Menghadapi matahari dengan kebijaksanaan adalah suatu jalan yang harus kau tempuh.
Jika godaan itu kemudian muncul disaat kau ingin mencapai sesuatu,
maka tutplah matamu,
jadilah manusia bertanggung jawab.
Jangan kau lari hanya karena kesenangan sesaat yang mungkin akan membuat kau menyesal
Menyesal sampai mengeluarkan air mata darah.
Semua tak akan mungkin berulang..
Semua tak mungking terapus..
langkah demi langkah adalah suatu gerak menuju maju,
walau sulit,
walau susah,
walau banyak godaan,
komitlah,
sedari awal kau memustuskan,
maka jalani itu apapun resikonya.
Hadapilah..
Hadapilah..
Walau rasa bersalah itu terus memuncak..
kau ada karena semua sudah ketetapan..
Jadi sekali lagi..
Buka mata..
Buka telinga..
Hadapilah..
Hadapilah dengan tanggung jawab.

Saturday, June 19, 2010

1:3

Sore ini aku bersama seorang temanku ikut sebuah kajian sore. Karena jumlah peserta cukup banyak sedangkan quota kursi terbatas, maka kami harus berlapang dada untuk duduk diluar ruangan. Ya, ini juga resiko dari sebuah keterlambatan. Dari luar, suara ustadz terdengar sayup-sayup sampai. Lebih banyak sayupnya seh..daripada sampainya.^_^

Topik yang disampaikan sebenarnya cukup menarik. Namun sayang karena tidak mengikuti dari awal, kamipun agak tidak mengerti alurnya. Ketika para peserta sibuk mendengar dan mencatat kajian, aku sibuk memperhatikan lalu lalang orang didepanku sambil sesekali melongokan kepala untuk mencari tahu sudah sampai dimana kajian berada.
Ketika aku sibuk dengan lamunanku, teman yang duduk disebelahku tiba-tiba membisikan sesuatu; ”Lihatlah, begitu banyak jumlah akhwat, jauh melebihi jumlah ikhwan. Jika dilakukan perbandingan, maka jumlahnya diperkirakan 1:3.”

Akupun mengaminkan pendapat temanku tersebut. Yah…memang, jumlah kaum Hawa kini bertambah banyak saja, jauh melebihi jumlah kaum Adam. Mungkin ini tanda-tanda kiamat itu memang sudah dekat.

Pembicaraan kami terus berlanjut. Kali ini sampai merambah dunia pernikahan. Intinya, bagaimanapun kedepannya seorang wanita harus lebih banyak bersabar dan bijak. Sabar menunggu datangnya jodoh (tentu setelah melakukan ikhtiar) dan bijak ketika yang datang ternyata diluar keinginan. Belum lagi, wanita juga harus berlapang dada jika kelak ada seorang perempuan yang harus “diselamatkan” oleh suaminya. Dan wanita harus siap-siap membagi setengah perahunya untuk wanita lain.

Aku merenung sejenak. Sangat dilematis memang. Aku yakin, tak ada seorang wanita pun yang mau dimadu. Namun, kelembutan dan ketegaran hati seorang wanita terkadang membuatnya tidak tega membiarkan wanita lain hidup sendiri kesepian sehingga akhirnya dia harus merelakan sesuatu yang ingin dia miliki secara utuh.

Aku flash back sejenak. Beberapa waktu yang lalu seorang senior di tempat kerja ku dulu menawarkan seseorang untukku. Aku berterima kasih atas niat baiknya, namun aku menolak secara halus karena memang kondisinya tidak memungkinkan untuk saat ini. Dia kemudian memberikan nasehat yang panjang lebar… Intinya “jangan terlalu pilih-pilih dan menunda-nunda, nanti susah jodohnya…” Aku hanya tersenyum. Lebih tepatnya senyum kepahitan. Namun, aku terima nasehat itu karena aku tahu dia tak paham dengan konteks yang tengah kuhadapi saat ini.

Yah begitulah…

Memilih adalah suatu pilihan, dan wanita juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam memilih. Terbatasnya jumlah laki-laki, bukan berarti wanita harus menjadi takut untuk tidak mendapatkan pasangan. Keyakinan akan janji Tuhan bahwa setiap makhluk hidup dijadikan berpasang-pasangan, harusnya menghapus kekhawatiran. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang sahabatku, jika pun kehabiskan stok laki-laki di dunia ini, semoga ALLAH berkenan menggantikannya dengan yang terbaik di syurga-Nya. Amin.

Wednesday, June 16, 2010

Kontradiksi

Dia tersenyum bahagia...
Kukira ada sekuntum bunga yang terselip dihatinya tanpa kutahu..
Bibir itu terus merekah..
Tanpa bertanyapun aku bisa paham..
Maaf,
Ingin ku biasa..
Ingin ku lepaskan saja..
Bukankah aku akan begitu jika berada di posisimu?
Bukankah aku juga akan hanyut bersama aliran air yang mengalir?
Tapi dibelahan otakku terjadi pertentangan..
dan hati kecilku berteriak keras agar aku tidak diam..
Apa dayaku?
Memberi tahu sesuatu yang sudah tahu?
Apalah gunanya lagi..
Maaf,
Aku tak bisa.
Karena akupun bukan manusia yang suci.

Please...


Please..
Jangan pergi..
Aku membutuhkanmu…
Sangat-sangat membutuhkanmu..
Tak bisa kah kau mengerti?
Tak bisakah kau pahami?
Aku benar-benar ingin kau ada disini,
Menemaniku menjalani hari-hari…
Please…
Jangan pergi..
Tetaplah disini bersamaku..
Tak ingatkah kau..betapa aku selalu menunggu kehadiranmu..
Mengharapkanmu disetiap mimpi-mimpi yang ingin kupeluk..
Kau membuatku bisa bertahan
Dan kau yang telah membuatku lari dari ketakutanku..
Lihatlah…
Lihatlah aku..
Semua ini karenamu…
Jadi,
Please…
Jangan pergi..
Jangan pergi..
Semangatku.

Hujan kedua



Malam ini berbingkai hujan.
Tak seperti biasa, aku tak suka hujan malam ini.
Semua hanya menambah sepi dihati.
Ingin kuteriak mengalahkan suara gemuruh yang menggelegar.
Ingin kuberlari melepas segala beban yang terasa menyesakkan dada.
Ah betapa pengeluhnya aku...
Sudah sedari tadi pagi aku duduk diperpustakaan kampus, ditemani oleh beberapa buah buku.
Tapi apa yang kudapatkan?
Sampai matahari condong kebarat, tak satupun yang bisa kuselesaikan. Bahkan untuk merangkai sebuah latar belakang saja, aku tak berhasil ..
Apa???
Apa saja yang kulakukan hari ini?
Sepertinya tak ada.
Ah..aku kesal...
Sedih..
Marah..
Benci..
Dan akumulasi semuanya melahirkan hujan kedua dimataku.
Kemana perginya bintang-bintang yang selalu tersenyum untukku..?
Kemana perginya bulan yang setia menemaniku...?
Dan kenapa mentari harus datang esok pagi..?
Ah...
Aku menjadi manusia penuntut...
Aku jadi manusia pengeluh...
Aku menjadi manusia lembek yang mengharapkan belas kasihan...
Benar-benar menyedihkan..
Suara nyanyian hujan masih terdengar nyaring dibalik jendela kamarku..
Dan aku masih tersungkur disini,
menyelesaikan sisa-sisa hujan kedua dimataku.

Opick Astaghfirullah