Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Wednesday, October 24, 2012

Kita Semua Menunggu...

Terkadang tidak semua yang kita ingin kan dikabulkan Tuhan. Karena memang Tuhan lebih tahu kebutuhan kita daripada hanya sekedar keinginan. Terkadang, kita sangat sangat ingin agar Tuhan mengabulkan keinginan yang sangat kita ingin. Tapi tetaplah Tuhan yang Maha Tahu, setiap hakikat dari permintaan-permintaan kita.

Bagi yang jiwanya berpenyakit, ketika Tuhan belum berkenan mengabulkan do'a-do'a tersebut, dia akan marah kepada Tuhan, dia akan merasa kecewa dan menganggap Tuhan tengah menghinakannya (seperti yang terkutip dalam Al Quran). Namun, ketika Tuhan mengabulkan permohonannya, maka dia akan menjadi sombong. Dan merasa dia dimenangkan. Padahal bisa jadi hal tersebut adalah ujian keimananya.

Terkadang berat sekali menunggu agar do'a-do'a itu dikabulkan. Tapi lagi-lagi, manusia itu hanyalah makhluk dhoif. Yang tampak dihadapannya hanya sekedar apa yang tampak. Tentulah hanya Tuhan Yang Maha Tahu, yang mengetahui kepantasan dan kesanggupan seorang hamba ketika do'a-do'a itu ketika di kabulkan.

Bagi yang sedang menanti jawaban Tuhan atas do'a-do'a yang dipanjatkan, maka bersabarlah. Tak ada hal yang dilakukan selain bersabar sambil tetap melakukan kebaikan-kebaikan. Tuhan akan terus memantau kita, melihat seberapa besar kesabaran kita, keyakinan kita, dan kesungguhan kita dalam berharap pada-Nya. Sungguh, semua hanya masalah waktu. Dan apapun yang kemudian hadir dalam hari-hari kita, itulah takdir terbaik yang harus di syukuri. Karena Tuhan tidak akan pernah mendzolimi hamba-hamba-Nya. Dan Tuhan paling tahu yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.

So, jangan menyerah...

Flamboyan, 2012

Saturday, October 20, 2012

Fenomena

Baru kusadari ternyata mencari pekerjaan di Indonesia bagi sebagian lulusan perguruan tinggi tidaklah mudah. Pendidikan di sekolah maupun di kampus lebih menekankan pada hal teoritis, padahal yang diharapkan sekarang untuk menghadapi tantangan zaman adalah sesuatu yang lebih bersifat aplikatif.

Aku pribadi lharus lebih bersyukur, karena dulu masuk ke universitas keguruan yang memang arahan ke depannya lebih jelas, yakni menjadi seorang guru. Namun, ada beberapa pula temam lain yang "membelot" kemudian bekerja di bank, perusahaan asuransi, dll sebagainya. Kadang kalo dipikir-pikir, pekerjaan mereka sama sekali tidak nyambung dengan ilmu yang mereka cari sewaktu di universitas dulu. Tapi bagaimanapun, kalo ingin mencari benang merahnya, maka akan tetap bertemu juga.

Ada beberapa teman yang saat ini masih kesulitan menemukan pekerjaan. Setelah sekian lama melanglang buana kesana kemari mencari pekerjaan, namun belum ada satu pun yang nyangkut. Salah satu penyebabnya adalah0 karena jurusannya yang langka, maksudnya kalo di Indonesia, jurusan yang spesifik kadang kurang mendapatkan tepat. Ujung-ujungnya, dia akan "membelot" juga, mencari pekerjaan yang sebenarnya diluar bidang ilmu yang di kuasainya. Dan lagi-lagi kalo tidak bisa menemukan benang merahnya, kasihan sekali sudah berjuang keras selama lebih kurang lima tahun di bangku kuliah dan bergelut dengan bidang keilmuan tersebut, tapi setelah tamat kuliah, ilmunya menjadi wasaalam.


Permasalahan ini tentu tidak menimpa satu atau dua orang mahasiswa saja, tapi mungkin ratusan bahkan ribuan lulusan universitas. Hal ini terlihat dari tidak pernah sepinya even job fair yang sering diselengggarakan. Job fair selalu disesaki oleh para pencari kerja, dan apapun itu bentuk even penerimaan pegawai/ pekerja, maka dipastikan even itu masti akan ramai. Terkadang sedih melihat, anak-anak muda yang seharusnya lebih bisa produktif dengan usia muda mereka. Kadang penantian yang tak kunjung datang dalam menemukan pekerjaan membuat sebagaian mereka menjadi apatis, dan mudah meyerah. Mungkin sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian khusus pada lulusan-lulusann universitas, dan membenahi sistem dan praktek mendidikan yang lebih bersifat aplikatif. Sehingga para lulusan universitas, tidak lagi bergantung pada perusahan-perusahana, atau "menyebar jaring" kesana kemari, tapi bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Dan ini juga menjadi Pe Er untuk diriku sendiri.
Fenomena.

Flamboyan, Oktober 2012