Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Sunday, September 16, 2012

Aku adalah kelembutan...
yang berdiri tegak menantang matahari,
meski peluh berkejar-kejaran dengan kerasnya kehidupan,
aku akan tetap bertahan,
melewati setiap lembaran waktu,
yang kutulis dengan caraku yang damai,
tenang, tak terbaca...
Aku adalah kelembutan,
yang akan bangkit,
menghadapi setiap rintangan....

Tuesday, September 04, 2012

Galau is Really Something

Galau..itu lah yang kurasakan malam ini. Galau akan ini, galau akan itu, dan galau akan semuanya. Yah, galau yang bertambah-tambah galau, karena galau-nya ditambah-tambah...Hmmm....

Galau akan mozaik-mozaik hidup yang terserak. Galau kemana kaki kan melangkah setelah ini, galau dalam memungut kepingan-kepingan mozaik kehidupan. Galau ketika mozaik-mozaik itu belum tertata sesuai dengan keinginan, galau ketika mozaik-mozaik itu tak kunjung ditemukan menjadi sebuah potongan puzzle yang lengkap.. dan galau menjadi raja.

Masih layakkah, manusia seusiaku merasa galau? Masih pantaskah, seorang yang harusnya bijak dalam bertindak dihimpit rasa galau yang tak jelas...?

Ah, ingin kubuang galau dalam sepi, ingin kuhancurkan galau dalam mesin-mesin waktu yang berlalu, tapi malam ini masih melukiskan galau dalam bintang-bintang langit kelam.

Galau, you hurt me so well..

Flamboyan, 2012

Nikmat Sebuah Jempol

Kupandangi jempol kanan ku kini yang tebalut perban putih. Ada dua stick kecil menghadang di depan dan dibelakang. Dan seperti itulah kini jempolku. Dua bulan sudah ia tidak mampu menjalani fungsinya dengan baik. Digerakan sakit. Dibengkokkan sakit. Diluruskan juga sakit. Terkadang menjadi serba salah. Ke tukang urut sudah kujalani, kedokter and di rontgen pun sudah. Tapi tetap saja memang kesembuhan itu datang-Nya hanya dari Allah.

Entah apa sebabnya, lebih kurang dua bulan yang lalu kudapati tangan ku especially bagian jempolku terasa sakit. Dan itu terus berulang-ulang setiap bangun pagi. Aku tak pernah mengerti apa sebenarnya yang terjadi ketika aku tidur. Yang jelas kini jempol kanan ku harus diberi penyangga agar berdiri lurus.

Kini aku baru merasakan, betapa luar biasanya nikmat sebuah jempol. Allah berikan aku sepuluh nikmat jari-jari tangan, dan kini satu saja nikmat jari itu di cabut, aktivitasku tidak bisa berjalan normal.Aku kesulitan memegang peda, memacu gas motor, memegang sendok, membuka kunci gembok, mengingkat rambut, dan lain-lainnya. Subhanallah... jempolku... betapa besar fungsimu, tapi aku yang bodoh ini baru menyadari ketika nikmatmu dikurangi...

Hmm.... kini aku memandangi jempol kananku dengan perasaan sedih. Maaf jempol, karena tidak merawatmu dengan baik. Aku berharap kau bisa kembali seperti semula. Semoga perban-perban dan penyangga yang saat ini menopang mu bisa membantu mu berfungsi seperti semula...

Fabiayyi ala irabbikuma tikadziban....

Flamboyan, 20:52