Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Tuesday, September 29, 2009

Hilang,
Tapi aku yakin ada.
Hanya terasa jauh dan tak tersentuh.
Jauhku dekatnya,
Gapaiku lelah puas peluknya.

Mengambang,
Tanpa terpegang.
Menjadi mantap dan kemutlakan memilikinya.
Apa makna tiada atau hilang.
Ketika hilang menjadi ada bagi orang lain.

Pergi adalah datang.
Kecewa adalah senang.
Hilang berarti menemukan.
Kecewa berarti awal tuk gembira.

Layaknya tumbuh hidup yang menuju susut kematian.
Tiada oposisi yang distink dan diskrit.
Perbedaan hanyalah ujung dan pangkal dari sama.
Ujung dan pangkal juga mewakili realitas yang sama.
Hanya kategorisa logika bahasa manusia.

Sama seperti besar dan kecil yang teramat relatif
tergantung operasi relasi dan yang diputuskan subjek.
Seperti bedug yang disamakan gede dengan sepotong roti.

By: Mr. Kristianto

Silent

Diamku adalah zona nyaman tak tersentuh...
Tak tergapai oleh siapapun kecuali diriku...
Diamku adalah saat aku ingin terdiam ...
Saat aku ingin lepas menggapai batas ...
Tanpa terbatas ...

Diamku adalah rasa...
Rasa yang tak ingin ku ungkap...
Rasa yang tak ingin ku siapa pun tahu...
Karena diam ku adalah diam tak tersentuh...

Ada yang memintaku pergi dari diam...
Lepaskan semua kemelut yang kusimpan dalam diam...
Tapi aku sudah terlalu nyaman...
Dan tak ingin siapapun datang mengusik...

Dalam diam aku terbang bersama egoku...
Dalam diam ku simpan amarahku...
Dalam diam ku peluk erat mimpi-mimpiku
dan dalam diam ku genggam cintaku...

Aku tak tau sudah berapa lama aku diam...
Sudah berapa lama aku tak menyuarakan hati kejujuranku...
Yang jelas aku sudah terlalu nyaman dengan diamku...
Dan tak ingin siapapun merenggut dan mengambilnya dariku...

Tapi ku sadar...
Diam hanyalah sebuah jeda...
Jeda yang tak bisa ku urai...
Jeda yang belum mampu kulahirkan dalam kata2...

Dan kelak...
Jika ku meninggalkan diamku...
Bukan karena suruhan siapa-siapa..
Atau paksaan siapa-siapa...

Aku akan melepasnya karena memang ku ingin ...


In the end of September,
When the silent is gone

Pembelajaran Matematika: Elegi Wawancara Orang Tua Berambut Putih

Pembelajaran Matematika: Elegi Wawancara Orang Tua Berambut Putih

Pembelajaran Matematika: Elegi Seorang Hamba Menggapai Harmoni

Pembelajaran Matematika: Elegi Seorang Hamba Menggapai Harmoni

Psychology of Mathematics Education: Elegi Seorang Guru Menggapai Batas

Psychology of Mathematics Education: Elegi Seorang Guru Menggapai Batas

Pembelajaran Matematika: Elegi Hamba Menggapai Isi dan Wadah

Pembelajaran Matematika: Elegi Hamba Menggapai Isi dan Wadah

Pembelajaran Matematika: Elegi Pengakuan Orang Tua Berambut Putih

Pembelajaran Matematika: Elegi Pengakuan Orang Tua Berambut Putih

Sunday, September 20, 2009

Ketika Idul Fitri tiba....

Assalamu'alaikum

Allahuakbar...
Allahuakbar...
Allahuakbar...

La ilaha ilallahu allahu akbar...
Allahuakbar...
Wa lillahilhamd...

Tak terasa Ramadhan tlah berlalu..
Beruntunglah bagi orang2 yang mengisi Ramadhan dengan amalan2 terbaik. Karena 11 bulan ke depan,kita akan menjalani hari2 yang panjang dan melelahkan.Tentunya kita butuh bekal yang cukup, agar tidak kalah melawan kehidupan dunia yang luar biasa pengaruhnya.

Hari raya idul fitri kali ini, aku lalui dengan perasaan campur aduk^_^. Aku terpisah jauh dari keluarga dan aku tak bisa berkumpul dengan ibu, ayah, kakak2, kk ipar dan ponakan2 yang lucu. Ada rasa haru ketika wajah tak bertemu muka dengan orang2 yang dicintai. Dan ada rasa sedih ketika tak mampu mencium tangan dan pipi Bunda. Tapi tak apa. Ini sebuah konsekuensi dari jalan yang kupilih sendiri.Jadi syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah...

Alhamdulillah, teknologi memudahkan. Dengan mendengar suara Bunda dan saudara2 via telp yang ada di kampung halaman sudah mampu sedikit mengobati rasa rindu.

Hmm....Tak terasa....
Ramadhan begitu cepat berlalu...Baru saja menikmati saat2 indah bersamanya. Semoga Allah masih berkenan mempertemukan kita dengan Ramadhan ke depan. Dan semoga Ramadhan kali ini memberikan bekas pada perbaikan ibadah2 kita ke depan. Amin.


TAQABALALLAHU MINNA WA MINKUM,SIYAMANA WA SIYAMAKUM....

Sidokarto, 01 Syawal 1430 H

Thursday, September 17, 2009

Get Married....???

Lubang di Hati
By: LETTO

Ku buka mata dan ku lihat dunia
‘tlah ku terima anugerah cinta-Nya

Tak pernah aku menyesali yang ku punya
Tapi ku sadari ada lubang dalam hati

Ku cari sesuatu yang mampu mengisi lubang ini
Ku menanti jawaban apa yang dikatakan oleh hati

Apakah itu kamu, apakah itu dia
Selama ini ku cari tanpa henti

Apakah itu cinta, apakah itu cita
Yang mampu melengkapi lubang dalam hati

Ku mengira hanya dialah obatnya
Tapi ku sadari bukan itu yang kucari

Ku teruskan perjalanan panjang yang begitu melelahkan
Dan ku yakin kau tak ingin aku berhenti


Lubang di dalam hati. Syair yang dalam banget, apalagi bagi orang yang hatinya masih memiliki ruang kosong yang belum terisi^_^.

Aku jadi teringat, suatu hari, di kelas Metodologi Penelitian Pendidikan seorang Professor memberikan penjelasan tentang penelitian. Yap...beliau menjelaskan bahwa penelitian itu ada disebabkan oleh adanya sebuah masalah. Jadi, cobalah cari2 permasalahan yang bisa di jadikan bahan untuk di teliti. Yang jelas, masalah tersebut haruslah bermanfaat, belum ada yang meneliti dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Entah berawal dari mana, sang Prof memberikan sebuah contoh masalah yaitu ada seorang perempuan yang berusia 35 tahun namun belum menikah. Itu menjadi masalah bagi si wanita. Tentu saja. Di usia yang cukup matang ( amat sangat matang malah...) tapi belum menikah, of course, it's a big problem. Nah, si Prof mengajak kami para jomblowan dan jomblowati ^_^ yang ada di kelas itu untuk berpikir sejenak, jauh menembus ruang dan waktu mengapai mimpi dan masa depan (alah....)

Redaksinya lebih kurang seperti ini,
Dalam kehidupan, seseorang haruslah mempunyai perencanan. Termasuk perencanaan rumah tangga. Yap.. kapan akan menikah, kapan akan punya anak dan kapan harus menikmati masa tua, semua harus diperhitungkan dengan matang.

Karena jika salah memperkirakan,maka akan berpengaruh ke masa depannya. Bayangkan jika seorang wanita/ laki2 menikah di usia 30-an, maka andaikan punya anak, di usia yang ke-50, anak-nya baru berusia 20 tahun, itu untuk anak yang paling tua. Nah, kl anaknya ada 3-4 orang, Berarti ada kemungkinan di usia anak bungsu ke-20, si orangtua sudah berusia 60 tahun. Padahal di usia2 17-20-an adalah masa2 produktif, maksudnya pengeluaran lagi banyak2nya seperti biaya masuk SMA, les, bimbel,beli buku, biaya internet, kuliah dll. Bayangkan jika di masa2 produktif, anak harus memendam keinginannya karena orang tua sudah pensiun dan memiliki dana terbatas?

Hmm....pemikiran yang amat sangat jauh kedepan. Memang, tentunya di tahun2 yang akan datang kehidupan akan semakin sulit. Biaya pendidikan, kesehatan, sandang, pangan, papan dll pasti mahal.

Suasana kelas sedikit gaduh, para jomblowan-jomblowati sepertinya mulai mengalami kegelisahan^_^. Seorang teman yang duduk di sampingku menyenggol tanganku, sejenak lamunan yang sudah sampai ke masa depan itu pun terhenti. Dia menggodaku " tuh..,mbok ya grade-mu di turun-in dikit, yang tadinya 100 kurangi jadi 99 ato 98...biar cepat nikah" ujarnya sambil tersenyum.Aku membalas senyum itu dengan senyuman, tapi agak kecut^_^.

Trus temanku berkata lagi.."Liat aq, dulu waktu usia-ku 22 tahun sudah punya 2 anak... Nah, sekarang anak2ku lagi masa2 produktifnya, aq masih bekerja dan alhamdulillah masih punya dana tuk mencukupi...".

Yah...terus terang, aku sangat kagum dengan temanku itu. Dia adalah seorang teman yang usia-nya terpaut jauh dariku. Dia berani mengambil keputusan untuk menikah saat di semester 7. Dan mendengar perjalanan hidupnya, aku hanya bisa berkata " Amazing..., very inspiring woman..."

Kembali ke syair LETTO tadi, mungkin salah satu cara untuk menutupi lubang di dalam hati adalah dengan menikah. Dan usia2 setelah tamat kuliah adalah usia2 yang amat sangat rawan dengan pertanyaan "Kapan menikah..???". Yah pertanyaan yang amat menyebalkan terkadang.

Jika pertanyaan itu ditanyakan padaku, maka dengan diplomatis aku berkata " Semua kan Indah pada waktunya..." Jawaban basi tapi manjur.

Bagi para jomblowan dan jomblowati, tak usah khawatir. ALLAH sudah berjanji kok bahwa masing2 kita dijadikan berpasang-pasangan,hanya saja mungkin kapan bertemunya masing2 orang berbeda. Ada yang cepat dan ada yang lambat.Dan yakinlah jodoh tak akan pernah tertukar, semua sudah tercatat di Lauhul Mahfudz.

Bagi yang sudah ketemu dengan soulmate-nya...selamat dan pertahankan. Bagi yang belum , seperti saya^_^, mari kita berikhtiar.

Semangat!!!


(Terinspirasi dari seorang teman yang sedang Fall in Love ^_^)


Insyaallah, ALLAH selalu memantau

Wednesday, September 16, 2009

One day in Maskam ...

Ramadhan,
Tak terasa kan segera berlalu. Padahal aku baru saja menikmati saat2 indah bersamanya. Bulan yang penuh ampunan, rahmat, berkah dan bulan yang diliputi cinta. Yah..cinta2 para hamba dengan Khaliknya.

Ramadhan kali ini terasa berbeda. Aku sendiri tanpa orang2 yang kucintai. Aku harus berjuang untuk mepersiapkan sahur dan buka by my own. Tapi lagi2 kunikmati. Keterbatasan, kesepian, kesendirian, kesulitan, dan kesedihan membuatku lebih merasakan cinta-Nya.

Malam yang ke-23 kemarin, seorang teman mengajakku i'tikaf di Masjid Kampus (Maskam) UGM. Sebenarnya, aku sedikit ragu menerima tawaran itu.Secara, it's my first time... Maklum di kampung halaman (cie...), I'tikaf tidak pernah diselenggarakan untuk kaum wanita. Makanya, aku sangat tertarik ingin mencoba.Walaupun lagi2 hati bertanya2, sanggupkah???

Akhirnya, aku ikut juga. Yah...kapan lagi show up my LOVE to ALLAH. Sekali2 caper sama ALLAH kan g' pa2^_^. Mumpung Ramadhan euy!!!

Tadinya, aku fikir yang akan ikut I'tikaf adalah mahasiswi2 muda aktifis kampus yang terlibat di organisasi keislaman. Dan jumlahnya pun paling beberapa lah..!

Tapi, fikiranku salah besar...! Peserta wanita-nya ternyata cukup banyak. Ini terlihat dari penuhnya setiap sisi mesjid.Yang paling membuat ku terkaget2 adalah pesertanya juga dari kaum ibu2 yang kuperkirakan usianya sekitar 50-an. Subhanallah...!

Mungkin...kl yang tau isi hatiku akan bilang " Katro amat sih..." Tapi ini benar2 sesuatu yang baru dan sungguh luar biasa. Semangat memburu Lailatu Qadr tidak hanya di dominasi para anak muda saja. Di tengah malam pun, di saat sebagian peserta sudah pada terkapar..ibu2 itu masih hanyut dalam lantunan ayat AlQurannya.

Sungguh membuatku malu sekaligus termotivasi.

Aku masih muda, fisik masih bagus, dan masih diberi kesehatan. Maka sudah selayaknyalah aku lebih gigih beribadah dibandingkan Ibu2 tadi...

Yah..one day in Maskam..mengajarkanku tentang banyak hal....

Semoga Ramadhan kali ini jauh lebih baik dan semoga ALLAH masih mempertemukan kita dengan Ramadhan berikutnya. Amin.

Sakura....

Setiap menuju kampus, aku selalu melewati jalan yang sama. Sebuah jalan yang tidak terlalu lebar, namun cukup untuk dilewati oleh sebuah mobil. Perjalanan menuju kampus berjarak sekitar 500 meter. Yah..lumayan untuk morning exercise^_^.

Aku selalu mencoba menikmati perjalanan menuju kampus. Walaupun, terkadang rasa bosan dan capek menghantui. Andaikan aku punya kendaraan, mungkin aku tidak akan tua di jalan^_^. Tapi bagaimanapun, semua harus kusyukuri. Toh...dalam surat Arrahman Allah selalu mengulang kata2 yang sama "Fa bi ayyi ala irabbikuma tukadziban..". Nah, biasanya kalo sudah ingat ayat yang satu itu, aku jadi malu untuk mengeluh.

Suatu hal yang paling aku sukai ketika melewati jalan menuju kampus itu adalah, ketika aku bertemu dengan pohon sakura-ku. Di Indonesia ada bunga sakura???

Pohon itu tinggi, yah..seperti layaknya pohon. Tapi dia mempunyai bunga berwarna pink dan putih. Indah sekali.Membayangkan bisa berdiri dibawah pohon sakura di musim gugur, hmm..very romantic. Makanya aku selalu tersenyum melihatnya...dan dia selalu menyapaku ramah. Hehehe...

Aku jadi ingat masa SD dulu.. waktu itu salah seorang temanku memberi nama kelompok kami dengan nama SAKURA. Sebagai anak SD yang mempunyai limited knowledge... Aku g' ngerti apa itu sakura... Asing...!!^_^

Back to bunga sakura... Bunga yang Indah berwarna pink dan putih. Cewe' banget kan?? Pohon sakura yang bukan sakura itu mengajarkan ku menjadi pink dan putih. Pink gambaran dari kelembutan dan putih lambang kesuciannya.

Nah, aku ingin seperti itu. Menjadi wanita yang lemah lembut dan putih hatinya^_^. Semoga saja!

Terima kasih pohon sakura-ku!

Friday, September 11, 2009

Profesor Kehidupan

Anda ingin menjadi Professor?? Sama, saya juga. Bahkan saya berkeinginan untuk mengoleksi semua jenis gelar, mulai dari Prof. dr. dan title2 lainnya yang akan menghiasi bagian belakang nama saya.

Yah.. title2 seperti itu terlihat sangat keren dan tentu saja memiliki prestige atau gengsi di mata masyarakat. Namun bagaimana jika kita belum berkesempatan untuk mencicipi jenjang S1, S2, S3 dan eS eS lainnya??
Tak masalah, karena menurut saya kita tetap bisa menjadi Professor sesuai dengan keinginan kita masing-masing.

Saya sudah banyak menemui profesor2 yang sama sekali tak pernah mengenyam pendidikan di bangku kuliah bahkan di bangku sekolah. Diantaranya sebut saja Ibu Sutiyem. Seorang Ibu yang berjualan nasi dan lauk pauk sederhana khas Yogya. Beliau saya beri gelar Prof. Kedermawanan. Karena kehadirannya menginspirasi saya menjadi seseorang yang lebih dermawan.

KenaPa?? Beliau begitu murah hati menambah berbagai macam sayuran di setiap bungkusan nasi yang saya pesan. Idealnya, semakin banyak jenis sayur yang dipesan maka akan semakin banyak uang yang kita bayar. Namun ini tidak berlaku bagi si Ibu. Dengan Rp. 500,- saja, Saya bisa memilih sayuran yang saya inginkan, 1,2,3 atau semua jenis sayur yang tersedia. Dan satu hal lagi, beliau juga selalu berkomunikasi dengan pelanggannya. Ini tentu menumbuhkan keakraban dan menebarkan benih-benih silaturahmi.

Bayangkan berapa banyak pelanggan yang menghampiri beliau setiap harinya. Dan berapa banyak juga benih-benih kedermawanan yang beliau taburkan di setiap sendokan sayuran. Dan jangan katakan beliau bekerja baru 1-2 tahun saja, beliau sudah memiliki dedikasi yang cukup tinggi dan bekerja menjadi penjual makanan bertahun-tahun lamanya. Beliau all out dan concern dengan kedermawanannya walaupun lagi-lagi hanya pada sesendok sayuran.

Kemudian ada juga orang-orang yang saya beri gelar Profesor Pembuka Mata Hati. Ini saya tujukan pada pengemis-pengemis jalanan yang begitu banyak saya jumpai di sudut2 lampu merah. Mereka concern dan stand by di sana... Dari tahun ke tahun saya amati.. jumlahnya terus bertambah. Mulai dari fisiknya yang normal sampai abnormal, mulai dari bayi sampai orang tua yang renta, mulai dari wanita sampai pria, semua ada. Merekalah professor2 yang membuka mata hati saya untuk lebih peka dengan lingkungan, dan mencoba untuk berempati dengan saudara2 saya yang kurang beruntung. Mereka menginspirasi saya untuk bayak2 bersyukur dan menyisihkan harta yang saya miliki untuk memberikan hak2 mereka.

Sebenarnya masih banyak lagi orang-orang yang saya beri gelar Professor. Dan kelak saya juga ingin menjadi professor. Yah professor yang akan menebarkan kebaikkan dan menginspirasi setiap orang untuk melakukan kebaikan.

Alhamdulillah,
Terima kasih ALLAH atas inspirasi ini^_^

Jum'at, 21 Ramadhan 1430 H

SURGA

ADAKAH DIANTARA KALIAN YANG MERINDUKAN SURGA?
KARENA SURGA TIDAK BISA DIBAYANGKAN
SURGA,
DEMI TUHANNYA KA’BAH
ADALAH CAHAYA YANG KEMILAU
IA ADALAH AROMA YANG SEMERBAK
IA ADALAH ISTANA YANG MEGAH
IA ADALAH SUNGAI YANG MENGALIR
IA ADALAH BUAH-BUAHAN YANG RANUM
IA ADALAH ISTRI YANG MENAWAN DAN MEMPESONA
IA ADALAH PERHIASAN YANG BANYAK
DI TEMPAT YANG ABADI
DAN NEGERI YANG AMAN
IA ADALAH BUAH-BUAHAN, SAYUR-SAYURAN DAN
KEMOLEKAN DI TEMPAT YANG TINGGI
DAN NIKMAT

( By : RASULULLAH SALALLAHU ALAIHI WA SALAM )

MAAF

Maaf,
Pergilah
Ruang kosong ini bukan milikmu
Dan bukan untukkmu!
Maaf,
Ini pilihanku . . .
Karena nuraniku sudah bertindak!
Kau tak ada . . .
Bahkan untuk mengisi sementara . . .
Maaf,
Jangan paksakan kehendak,
Karena itu hanya lahirkan luka yang dalam
Pergilah . . .!
Dan lupakanlah . . .!
Jangan lagi mengusik ketenangan.
Tadinya damai,
Tadinya nyaman,
Namun semua berubah karena sebuah rasa.
Sudahlah . . .!
Apa tak cukup kata maaf?
Haruskah lari dan bersembunyi ke langit tinggi tak berujung?
Maaf,
Pergilah . . .!
( 28-06-08 )

Celoteh Palestina

Saat itu malam belum beranjak pergi
Dan fajarpun masih enggan tuk datang
Namun dentuman demi dentuman
Memaksa sabda alam yang tadinya diam
Terjaga hingga ke urat nadi
Bangunan-banguan yang tadinya kokoh menyapa langit
Kini hanya tinggal puing-puing
Berserakan . . . . Hancur . . . .
Dan lebur bersama jasad-jasad mati
Tak ada air mata
Karena ia telah kering diterjang keganasan sang zionis
Tak ada ratapanm tangis
Namun terikan Maha Dahsyat
Terlontar dari bibir-bibir nan suci
Inilah tragedi yang belum berakhir
Inilah mimpi buruk yang sangat panjang
Tapi suatu saat ia pasti akan hilang
Tergantikan kemenangan Islam.

Akhir sebuah sabar...

Dia seorang laki-laki yang kukenal berteman duka dan air mata. Tak pernah habis cobaan datang, seperti mimpi buruk yang terus membayang-bayangi harinya. Tapi dia selalu sabar dan selalu berkata, “ bukankah kita semua harus di uji, Lim?”. Itulah mas Sabar, seorang laki-laki kurus jangkung tiga puluhan yang selalu tersenyum dalam keadaan susah dan senang. Seolah-seolah bibir itu memang tercipta untuk mengukir senyuman.

“ Jadi Mas Sabar sekarang harus mengganti uang sebanyak itu ? Bagaimana bisa, Mas ? “ tanyaku tak percaya.

“ Ya mau gimana lagi Lim, orang miskin dan kecil seperti saya sering diperlakukan seenaknya, di pandang sebelah mata. Seolah-olah kehadiran kami hanya untuk diinjak-injak,” ujarnya lirih.

“ Tapi Mas, ini semua bukan salah Mas dan kenapa harus menanggungnya ? Ini ketidak adilan Mas. ” kataku berapi-api.

“ Lim, apa ada keadilan untuk orang seperti saya ? Tanyanya sambil melangkah menuju rumah. “ Sekarang jalani saja apa mau mereka,” tambahnya sambil menoleh dengan seulas senyuman.

Entahlah apa itu masih senyuman atau sebenarnya itu adalah luka yang tak bisa lagi terobati. Mas Sabar kau memang sabar. Seorang laki-laki yang lahir dari keluarga miskin dan harus menghidupi seorang Ibu yang sakit-sakitan dan dua orang adik laki-laki yang masih sekolah. Beruntung dia masih bisa menamati kuliah D3 Tekniknya atas bantuan seorang Dermawan di kota kami. Dan setelah tamat, masih atas rekomendasi dermawan tadi, mas Sabar bisa bekerja di sebuah perusahaan Elektronik Jepang. Melalui perusahaan inilah ia mengais rezeki untuk sekedar mengisi empat lambung setiap harinya. Meskipun begitu, mas Sabar tak pernah mengeluh. Dia mengajarkanku untuk selalu melihat ke bawah karena dengan begitu kita akan merasa sangat beruntung. Satu lagi, ia juga selalu mengingatkanku untuk selalu tersenyum walau mata berurai tangis. Nah, untuk yang satu ini, aku tak mengerti maksudnya apa.

“Salim . . . . sudah sore, bantu Ibu menutup warung!”. Tiba-tiba
teriakan Ibu menyadarkanku dari lamunan panjang.

“ Iya, Bu .... ,” jawabku agak keras agar bisa di dengar Ibu dan aku pun melangkah menuju rumah.

***

Malam ini aku tak bisa tidur, percakapanku tadi sore dengan mas Sabar benar-benar menguras otakku untuk berpikir. Bagaimana mungkin seorang mas Sabar yang rajin dan ulet di tuduh menggelapkan barang-barang elektronik yang jumlahnya hampi ratusan juta rupiah. Itu sebuah kemustahilan. Tidak mungkin.

Mas Sabar memang di percayai untuk mengawasi setiap barang yang masuk dan yang keluar di perusahaannya tapi semua itu selalu di pantau Bosnya. “ Ah..... itu pasti fitnah!” teriakku dalam hati.

Tiba-tiba aku mendengar percakapan Bapak dan Ibu dari balik kamar yang hanya berdindingkan triplek.

“ Kasihan si Sabar ya, Pak. Kenapa ada saja cobaan yang datang ? ” tanya Ibu sambil menghitung uang penjualan warung hari ini.

“ Bapak juga ga ngerti Buk, mungkin saja ini ada permainan orang-orang yang tidak suka sama si Sabar. Ibu kan tau sendiri, dia tu orangnya jujur dan disiplin. Tapi ya begitulah Buk, dizaman sekarang ini terkadang orang-orang yang langka seperti si Sabar itu sering di anggap aneh dan segera dimusnahkan. “ jelas Bapak sambil menyeruput kopi panasnya.

“ Iya Pak, Ibuk tau. Tapi kok ada orang sejahat itu, menfitnah ga liat-liat orang. Apa mereka ga mikir yang sedang dipertaruhkan disini hidup seseorang. Gimana coba Pak, kalo sampe-sampe si Sabar di penjara, Ibunya gimana trus si Didin dan si Diman ? tanya Ibu dengan suara meninggi.

“ Hush... sudah Buk, jangan mikir macam-macam. “ sanggah Bapak. Yang jelas si Sabar tu sudah kita anggap anak sendiri karena kita kan sudah tetanggaan puluhan tahun. Jadi kita harus bantu, minimal bantu doa. “ jelas Bapak sambil kembali menyeruput kopinya.

“ Sekarang sana gih, Ibu sholat Isya dulu dan jangan lupa doanya.” perintah Bapak.

“ Iya Pak, tanggung sedikit lagi. “ jawab Ibu sambil beberapa saat kemudian mulai beranjak ke kamar mandi. Sesaat kemudian suara gemericik air pun terdengar.

***

Sore ini kembali aku dan mas Sabar duduk di bawah pohon nangka di depan rumah kami, sambil mencicipi pisang goreng bikinan Ibu.

“ Ngomong-ngomong gimana Mas perkembangan kasus kemarin ? “ tanyaku sambil menoleh ke wajahnya yang semakin tirus.

“ Hfuhhh..... “ desahnya panjang sambil menggelengkan kepala beberapa kali dan tersenyum.

“ Apa masih belum ada perkembangan Mas? “ Tanya ku lagi dengan tak sabar menanti jawaban.

“ Lim, coba liat burung-burung itu, begitu riang ya . . kicaunya merdu” jawabnya sambil menerawang.

“Aduh ... Mas ini lucu orang nanya apa, jawabnya apa. Kenapa sih Mas, apa saya gak boleh tau. Bagaimanapun Mas kan sudah saya anggap sebagai kakak sendiri. Susah mas, ya susahnya saya. Senangnya mas ya senangnya saya juga” tegasku.

“ Ha...ha...ha... Salim, salim . “ Entahlah, rasanya saya ingin terbang bagai burung-burung itu. Terbang jauh, bebas kemanapun suka “ lirihnya.

“ Semua terasa kusut Lim, kenapa semua bukti-bukti lenyap begitu saja.” Teman-teman yang selama ini saya anggap sahabat berubah menjadi musuh-musuh yang siap menerkam. “ Saya ga ngerti apa yang terjadi, tiba-tiba saya harus mempertanggung jawabkan sejumlah uang yang mungkin seumur hidup tidak bisa saya liat. Lucu ya Lim. “ jawabnya sambil tersenyum

Kali ini aku terdiam, bibirku terasa kelu dan tak tau lagi harus berkata apa. Rasanya dunia telah berlaku tidak adil padanya. Kenapa dia selalu di uji dengan ujian yang begitu berat.

“ Apa mas ga merasa dunia ini kejam, mungkin di balik kesusahan Mas ini ada orang-orang yang sedang bersenang-senang menikmati penderitaan Mas. “ Mereka yang jahat bergembira, sedangkan Mas yang tak tau apa-apa harus menderita seperti ini? ” tanyaku marah.

“ Sudahlah Lim, kita tidak boleh menyalahkan dunia karena itu berarti kita tengah menyalahkan pemilik-Nya. Doakan saja, semoga Mas bisa sabar dan ikhlas menerima ini semua. Toh, Segala usaha sudah mas kerahkan untuk membuktikan mas tidak bersalah. Tapi jika pun seandainya mas harus dihukum, mas akan terima itu sebagai suatu ujian bagi seorang Sabar. “ jelasnya sambil kembali mengulas senyum.

“ Tapi Mas .....
“ Sudahlah Lim, mari kita masuk sudah maghrib dan sebentar lagi mau adzan. Sana , kamu mandi dulu trus sholat, jangan lupa doakan Mas ya!

Akhirnya kami pun masuk ke rumah masing-masing. Lagi-lagi percakapan kali ini meninggalkan sejuta tanya di benakku. Entah apa yang akan terjadi, tapi aku harap ini bukanlah hal buruk.

***

Siang ini sepluang sekolah aku mendapati Ibu duduk di luar rumah menangis sambil memeluk Didin dan Diman.

“ Ada apa Bu, apa yang terjadi ? “ Tanyaku heran.
“ Sa...Sabar, Lim...hik...hikk...hikks....” tangis Ibu menjadi-jadi.
“ Kenapa... kenapa dengan Mas Sabar Buk ?” tanyaku sambil tak tentu.

Tapi aku tak mendapati jawaban dari Ibu, beliau terus menangis bersamaan dengan isakan kedua adik mas Sabar, Didin dan Diman. Aku mulai panik dan aku pun masuk ke rumah mas Sabar untuk mencari jawaban atas sejuta tanya yang tengah bergelayut di benakku.

Di dalam rumah kudapati Bapak dengan beberapa tetangga lainnya tengah berusaha menolong Ibunya mas Sabar. Aku mulai mendengar beberapa orang terus menyuruhnya untuk bertahlil dan akhirnya lirih ku mendengar kata, ” Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. “ Wanita yang telah mengeluarkan seorang Sabar ke dunia melalui rahimnya itu pun akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.

***

Malam ini seusai pemakaman tadi sore, aku mencoba membaringkan tubuhku yang terasa remuk oleh perasaan-perasaan yang tak menentu. Benakku masih menyimpan sejuta tanya yang belum terselesaikan. Tiba-tiba Bapak masuk ke kamarku dan berkata, “ Lim, tadi siang sebelum di jemput polisi Sabar menitipkan sebuah surat untukmu. ” Segera saja kubuka surat yang tak terbungkus amplop itu, tak kuhiraukan lagi bapak yang telah berlalu dari kamarku.

Salim Saudaraku,
Hidup mengajarkan ku untuk kuat bagai batu karang,
ingin ku ikut bersama gelombang yang membawaku jauh dari dataran,
ingin ku ikuti langit biru yang liputi sinar kebahagian,
tapi aku tak bisa,
karena ku tlah di takdirkan tuk harus kokoh melawan badai,
aku tak boleh kalah oleh panas matahari,
ataupun rapuh karena dinginnya malam yang kelam,
karena aku adalah Sabar,
yang akan menjadi mutiara yang bersinar,
walaupun jauh tersimpan di dasar lautan.

Tak terasa butiran-butiran bening itu pun jatuh membasahi pipiku, entah sudah berapa banyak. Lirih ku berkata “ Sabar takkan mati, dia kan terus hidup direlung-relung hati yang suci.”

Padang, 2008

Sapa Sang Bintang

Malam ini kumenatap langit,
Sepi, tak ada rembulan..
Namun ada satu bintang yang bersinar terang..
Kusapa ia dan ku ucapkan ..
" Betapa kesepiannya dirimu..."

Sang bintang pun mengerti,
Dia tersenyum dan membalas,
" Begitu juga dirimu, kau juga kesepian..."
Dan kami pun tertawa...

Sesaat aku diam,
Ku nikmati cahayanya di kegelapan,
Engkau begitu jauh,
Tapi selalu ada walau ku tak mampu melihatmu.

Engkau begitu kecil di angkasa,
tapi sejatinya engkau lebih besar dari bumi,
tempatku berpijak.

Tiba-tiba lamunanku terhenti oleh nasehat bijakmu,
"Tidurlah, malam semakin larut,
sapaan angin yang dingin akan menyakitimu..."
Aku pun tersenyum dan kembali keperaduanku ...

01 Ramadhan 1430 H

Tak Kenal...

Suaramu begitu lantang terdengar...
Tapi tidak untuk mengucap namaku.
Senyummu begitu renyah membahana...
Tapi bukan untuk mataku

Keceriaanmu mengisi kehangatan hari...
Tapi tak ada sisa untukku.
Cerita-ceritamu begitu hebat...
Namun aku hanya mendengar jauh.

Nasib .. jika tak mengenal.
Itulah aku.Tersesat di bumi entah berantah.
Asing!

Kemana lagi ku harus melangkah?
Kemana lagi ku harus berujar?
Aku bisa menatap tajam,
ke langit biru yang begitu tinggi

Ku samapikan padanya..
Aku tak akan menangis.
Janjiku!
kuhadapi ini dengan ketegaraan.

Terasing ....

Sendiri,
Menjelajahi hari,
di kota yang tak kukenal.

Wajah-wajah asing,
Bahasa-bahasa aneh,
Tak ada ruang untukku mengenal,
sedikit saja tentang keberadaanku.

Kakiku terus melangkah,
Menapaki sudut-sudut jalan yang berdebu.
Aku bagaikan musafir,
Tersesat di gurun pasir panas dan gersang.

Tak kutemukan kelembutan embun.
Atau sapaan air yang legakan dahaga.
Aku terasa hilang di peredaran.

Namun hari terus berganti,
Ada ataupun tak ada senyuman,
Aku tak boleh berhenti,
Apalagi berkata kalah.

Karena ini hidup.
Keras.
Kejam.
Penuh tantangan.
Dan aku bukanlah wanita lemah!