Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Saturday, February 27, 2010

Elegy on Bus

Hujan belum sepenuhnya pergi, tapi aku harus segera bergerak menuju Godean. Jam sudah menunjukkan pukul ½ 4 sore, dan akupun segera mempercepat langkah. Sesekali rintik-rintik hujan singgah di wajahku, tapi semua kunikmati sebagai sapaan dari langit. Seperti biasa perjalanan ini akan menghabiskan waktu lebih kurang 45 menit dengan bertukar bus sebanyak 2x.

Bus pertama berlabel D6 dengan tujuan Jombor. Lumayan ramai dan aku mendapat tempat dibelakang supir. Sesekali asap rokok mampir dihidungku, bahkan mungkin sempat singgah di paru-paru. Tapi semoga saja tak banyak. Makin lama bis semakin ramai, tapi untunglah sebelum bus itu benar-benar penuh, aku sudah turun untuk mencari bis yang berikutnya.

Kemudian, aku menunggu bis berlabel 15 diperempatan jalan. Sambil menunggu, aku melihat sekelilingku yang penuh dengan penjahit yang menawarkan jasa permak pakaian. Ada yang tengah sibuk dengan mesin jahitnya, dan ada juga mata-mata yang memandang ke arahku. Tak berapa lama kendaraan yang ku nanti pun tiba. Unfortunately, it’s full. Aku harus berlapang dada. Ini bukan saatnya mengeluh, Lady!!!!

Mendapat jatah berdiri bukanlah sesuatu yang mengenakkan. Apalagi menjinjing barang bawaan lebih kurang seberat 3 kilo dan harus berdiri pula selama 45 menit. It’s so hard!!! Tak seperti biasa, bis ini begitu ramai. Dan sepertinya sudah kelebihan kapasitas. Aku mendapatkan jatah dekat pintu. Saling berdesak-desakkan dengan penumpang lain.

Lagi-lagi, ini bukan saatnya mengeluh, Lady!! Kuperhatikan orang-orang yang ada disekitarku. Terlihat wajah-wajah lelah. Ada anak sekolahan, mahasiswa, orang kantoran, pedagang, dan entah apa lagi pekerjaan mereka. Yang jelas semua bercampur disini, dan kami saling berebut oksigen. Aneka macam bau menjadi bonus kesumpekkan yang ada. Aku bersyukur masih bisa bersandar di pintu sehingga aku bisa menjaga keseimbangan. Tapi resikonya aku menjadi tempat persinggahan penumpang yang akan naik dan turun.

Waktu berjalan begitu lambat. Aku seperti terjebak pada labirin yang tak tahu jalan mana yang harus kulewati. Agak sempat frustasi, tapi lagi-lagi aku menasehati diriku sendiri, ini bukan saatnya mengeluh, Lady!!!! Tiba-tiba ada seorang bapak tua yang menawarkan tempat duduk untukku. Terus terang ini tawaran yang amat sangat menggiurkan. Dalam kondisi lelah, berbeban dan puasa, apalagi yang diinginkan kecuali duduk sejenak sambil memejamkan mata. Tapi untungnya, dalam kondisi yang sangat emosional ini, empati ku masih on. Aku malah terharu dengan kebaikannya. Walaupun beberapa kali ditawari oleh bapak itu, aku menolak. Karena bagaimanapun ada yang lebih berhak dari aku, masih ada ibu-ibu disini jadi biarlah mereka yang mendapatkan jatah itu.

Semakin lama, bus semakin padat. Hingga tak mampu lagi kumelihat batas antara laki-laki dan perempuan. Semua sudah bercampur disini. Agar tidak bertambah lelah, aku mengalihkan pandangan keluar jendela. Tampak beberapa mobil mewah lalu lalang. Aku berpikir, alangkah enaknya duduk di bangku empuk, dengan menikmati sejuknya ac yang bercampur aroma buah dari pewangi ruangan, sambil mendengarkan lantunan musik dari radio yang memiliki sound system yang canggih. Hidup benar-benar terasa sempurna.

Remember, ini bukan waktunya mengeluh, Lady..!!! Aku kembali melihat orang-orang disekitarku. Tak ada yang mengeluh, tak ada yang saling marah, bahkan disaat-saat sulit seperti ini mereka masih mau berbagi. Masih kutemui senyum-senyum keikhlasan di wajah mereka. Tak ada yang saling menginjak, atau saling mendominasi. Ini seolah-olah menjadi milik kami bersama. Entah hari seperti apa yang telah dilewati masing-masing penghuni bis ini, tapi seolah-olah mereka masih tetap bertahan dipenghujung hari. Mungkin bisa jadi mereka sangat bahagia, karena bisa berkumpul kembali dengan istri, anak, ibu, bapak dan keluarga ketika matahari tenggelam nanti.

Sesaat kemudian, terdengar suara terikan Bantulan...Bantulan...Bantulan...Akupun berucap syukur. Akhirnya kudapatkan kembali kemerdekaanku. Aku turun dan berucap lirih...” terima kasih, terima kasih para penumpang bis yang telah mengajarkanku tentang arti kehidupan dan terima kasih karena membuatku tidur nyenyak malam ini!!!

Thursday, February 25, 2010

Bell of Mindfulness

Pagi ini seperti biasa aku mendengarkan Mutiara Pagi “The Power of Life”-nya Tri Jaya FM. And as usual juga, every Monday ada Mas Zainal Abidin sebagai narasumbernya. Hal menarik yang kutangkap dari materi ini adalah menurut penelitian ternyata 70-80% aktivitas manusia dilakukan oleh pikiran bawah sadarnya, dan hanya sekitar 30% saja manusia melakukan aktivitas secara sadar. Hmmm....lho kok iso yo???

Sebagai contoh, ketika seseorang makan maka hanya suapan pertama-ketiga saja yang disadarinya, selebihnya terjadi begitu saja tanpa disadari. Begitu juga dengan mengendarai mobil/ kendaraan lain. Bagi yang sudah biasa berkendaraan maka dimana letak gas, rem dan lain-lainnya tidak perlu disadari karena secara otomatis mereka akan dioperasikan begitu saja tanpa harus disadari dimana letak dan posisi tepatnya.

Bahkan dalam memilih pasanganpun ternyata banyak orang yang melakukannya secara tidak sadar. Katanya begini, biasanya kita memiliki kriteria ideal dalam memilih pasangan, tapi dalam kenyataannya apa yang kita pilih ternyata sangat jauh berbeda dengan kriteria yang telah ditentukan. Penyebabnya adalah karena ketika kita membuat kriteria ideal seorang pasangan maka kita berada dalam posisi yang sadar, namun dalam kenyataanya ketika kita memilih biasanya proses itu terjadi begitu saja tanpa kita sadari. Hmmm....menarik bukan?

Gawat juga ya, kalau ternyata selama ini kita melakukan aktivitas secara tidak sadar^_^. Maka untuk itulah salah satunya diperluan Bell of Mindfulness atau lonceng kesadaran. Lonceng ini tidak terlihat secara fisik tapi hanya kita hidupkan di dalam otak. Dengan adanya lonceng kesadaran ini, maka kita akan diingatkan ketika menghadapi situasi sulit (permasalahan). Jadi, lonceng ini bagaikan alarm yang akan berbunyi ketika kita harus sadar untuk mengontrol diri dan sabar dalam menghadapi situasi apapun.

Bekerja dengan pikiran alam bawah sadar tidak selamanya buruk tapi banyak juga manfaatnya. Salah satunya, pekerjaan bisa terlaksana dengan cepat karena apa-apa yang sudah menjadi kebiasaan akan terprogram di dalam otak sehingga kita tidak perlu lagi menyadarinya dulu sebelum melakukannya. Bahkan menurut Mas Zai, pikiran sadar dan bawah sadar sebaiknya harus balance. Kalo balance berarti porsinya 50:50 ya????

Crying

Pernahkan Anda melihat wanita menangis? Mungkin pernah bahkan sering. Tapi jangan pernah salahkan jika wanita menangis karena bisa jadi ini adalah salah satu bentuk obat untuk menyelesaikan kegundahan hati. Jika laki-laki sering meluapkan emosinya dengan marah, maka wanita cenderung memilih untuk menangis. And it doesnt matter, right??? Dan bukan berarti menangis hanya boleh untuk wanita. Laki-laki pun sah-sah saja kalo ingin menangis, tapi memang pameo yang berkembang di masyarakat kita terkadang mengaharamkan laki-laki untuk menangis. Jika mereka melakukan itu, pasti mereka akan ditertawakan dan dianggap cengeng. Jadi akhirnya banyak laki-laki yang menahan air matanya. Jika pun ingin menangis maka dia akan melakukannya dimalam hari, ditempat yang sunyi sepi dan saat lampu mati^_^.

Pameo ini diabadikan juga oleh Ahmad Dhani dalam lirik lagu band Lucky Laki yang bunyinya “ Ayahku berkata laki-laki tak boleh nangis....”. Tapi di lirik lagu yang lain Dhani juga mengatakan seperti ini “ Menangislah, jika harus menangis...” Na lo??? ^_^ Yang betul yang mana ini Mas?

Disini saya hanya ingin menyatakan bahwa menangis bukanlah masalah gender. Jadi siapa saja boleh menangis, tentu saja tangisan yang sesuai dengan porsi dan konteksnya. Jadi bagi siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki yang ingin menangis ya monggo... Karena terkadang kekuatan muncul disisa-sisa tangisan.

Hermaphrodite Human



Satu hal yang paling tidak aku sukai adalah berjalan dibawah terik matahari saat pulang kuliah, parahnya lagi kalo dapat bonus ketemu banci. Mood yang tersisa langsung ngacir… Mungkin salah kali ya kalo aku terlalu parno dengan manusia hermaprodite ini. Tapi terus terang ketika aku ketemu mereka lagi siang ini, bawaannya jadi pengen marah!!!!

Eits..tapi bukannya tanpa alasan loh...!!! Three “hermaphroditers” ini biasa keliling disekitaran Gejayan. Mereka ada tiga orang. Wajahnya amat mengerikan (Astaghfirullah...tak ada sedikitpun maksud untuk menghina). Aku ga’ ngerti juga kenapa wajah mereka jadi aneh gitu, apakah karena disuntik silikon atau karena keluar dari salon murahan, I dont know! Jadi wajahnya itu menjadi bengkak-bengkak tak karuan. Tak cukup sampai disitu, wajah yang sudah aneh itu ditambahi pula dengan aneka macam make up yang rupa-rupa. What the hell..!

Yang bikin gondok itu adalah kalo ngamen mereka cenderung memaksa. Jadi orang-orang memberikan uang bukan karena mendengar alunan nada krincingan apalagi suara, tapi orang-orang lebih sering merasa takut dan merasa diteror . Nah, bukankah ini namanya kedzholiman??? (betul tidak???)

Kenapa aku jadi tambah emosi ya??? Aku tau mereka melakukan itu untuk mencari sesuap nasi dan bertahan hidup. Tapi haruskah dengan cara yang seperti itu????

Mengevaluasi Afirmasi

Apakah Anda salah seorang yang selalu membuat afirmasi dalam hidup? Dan apakah terkadang afirmasi yang telah dibuat itu ternyata belum membuahkan hasil atau gagal? Maka saatnya untuk melakukan evaluasi. Menurut Ibu Nikmar Nuryam dalam Mutiara pagi “The Power of Life”, ketika kita belum mampu mencapai afirmasi yang telah kita buat maka kita harus segera melakukan evaluasi afirmasi itu sendiri. Bisa jadi terkadang afirmasi yang telah kita buat, ternyata ditolak oleh alam bawah sadar kita. Sehingga tindakan pun tidak akan mengarah pada pencapaiannya.

Mengevaluasi afirmasi bisa dengan merevisi kembali kata-kata yang telah dibuat, atau kita juga merenungi apakah afirmasi yang ada selama ini benar-benar keinginan kita sendiri?

Salah satu contoh afirmasi misalnya:
Saya ingin mendapatkan Jaguar pada bulan Juni 2010. Dan saya akan mengendarainya bersama keluarga.

Nah, ketika kita menuliskan ini maka ikutkanlah emosi bahkan kalau bisa sampai menitikkan air mata bahagia. Kemudian cobalah untuk menvisualisasikannya dengan cara mungkin sering-sering berkunjung ke dealer mobil dan kalo bisa sentuh mobil tersebut dan bayangkan kelak kita mengendarainya bersama keluarga. Atau cara lainnya adalah kita mencari informasi tentang mobil tersebut di internet, bisa survei harga, jenis, warna dan lain-lainnya.

Emosi dan visualisasi sangat penting dalam mencapai afirmasi. Karena agak mustahil kita bisa mencapai sesuatu yang kita sendiri tidak tahu bagaimana bentuknya. Misalnya afirmasi kita adalah, “ saya ingin mendapatkan uang Rp. 1 Milyar di awal tahun 2011. Tapi kita tidak tahu uang Rp. 1 M itu bentuknya seperti apa, trus banyaknya kayak apa? Kalau misalnya bayangan kita abstrak maka alam bawah sadar kita juga sulit untuk menterjemahkannya.

Begitu juga dengan rencana menikah. Maka buatlah pengantin bayangan. Misalnya kita bisa mengatakan bahwa “saya kan menikah di tanggal 10 Oktober 2010. Di Gedung A jam sekian sampai jam sekian. Nah visualisasi ini membantu kita untuk mewujudkan afirmasi.

Sukses atau tidaknya sebuah afirmasi tentu memerlukan action. Tidak mungkin semua terlaksana kalau kita tidak melakukan apa-apa. Jika afirmasi masih gagal, maka evaluasi kata-kata yang kita buat karena kata-kata ternyata menentukan juga. Misalnya kata-kata seperti:
“ saya tidak ingin gagal” maka hasilnya cenderung gagal maka ganti dengan kata “ saya ingin berhasil”. Atau “saya tidak ingin menyakiti perasaan orang-orang yang saya cintai” maka biasanya action yang kita lakukan malah sebaliknya kita akan terus melakukan hal-hal yang menyakitkan maka kita bisa ganti dengan kata “ Saya ingin membuat bahagia orang-orang yang saya cintai”. Jadi, hindari negative word seperti “tidak”. Setelah mengevaluasi kata, mungkin kita harus cooling down dulu. Bisa bicara dengan sendiri, tanyakan kenapa afirmasi tidak tercapai apakah sudah sesuai dengan keinginan atau belum.

Satu hal penting bahwa ternyata afirmasi tidak bisa dipaksa. Karena jika dipaksa maka alam bawah sadar biasanya juga menolak untuk melakukannya. Maka kita harus melakukannya dengan senang hati. Try to enjoy and u’ll be easy to achieved it....!^_^

Life Mozaik



Salah satu kata yang sampai saat ini membekas dibenak saya yaitu “ Hidup adalah kumpulan dari mozaik-mozaik, maka cari dan kumpulkanlah mozaik-mozaik itu”. Kata-kata ini seolah-olah telah menyihir saya untuk terus mencari dimana mozaik-mozaik kehidupan saya berada. Kelak jika sudah terkumpul maka saya akan membingkainya dalam sebuah kanvas kehidupan yang sempurna. Dalam rangka pencarian itu jugalah yang akhirnya membawa langkah kaki saya hingga ke Yogya. Tadinya mungkin hanya sekedar mimpi. Tapi Alhamdulillah, ALLAH bersedia mengabulkan. Sekarang, saya pungut setiap ceceran-ceceram mozaik yang tertinggal di kota ini, ketika semua sudah terkumpul, maka saya akan mencari mozaik-mozaik kehidupan ditempat lain. Saya memimpikan dan berharap semoga mozaik-mozaik itu tercecer di luar negeri. Sehingga saya bisa menjejakkan kaki kenegara-negara Asia, Eropa atau Amerika. Walaupun hanya sekedar untuk 1-2 hari saja. Walaupun 24-36 jam terlalu sedikit, tapi cukuplah untuk melihat keindahan ciptaan Tuhan yang lainnya. Jika pun tidak keluar negeri, keliling Indonesia juga boleh sambil wisata kuliner^_^. Apakah saya terlalu naif dan pemimpi? Yah, bisa jadi. Tapi selagi belum ada Undang-undang yang melarang manusia untuk bermimpi maka saya akan terus melakukannya.

Pembajakan


Masalah bajak membajak mungkin bukanlah hal yang aneh di negeri ini. Mulai dari lagu, film, bahkan buku bisa dengan mudah kita dapatkan yang versi bajakannya. Hal ini tentu sangat meresahkan khususnya bagi musisi, film maker, production house, penerbit, penulis dan lain-lain.

Dalam sebuah berita dilaporkan bahwa banyak penerbit buku yang mengalami kerugian yang cukup besar akibat pembajakan ini. Dan fakta dilapangan menunjukkan bahwa buku bajakan yang beredar ternyata 2x lebih banyak dibandingkan dengan buku aslinya.
Mencermati hal ini, tentu saja kita harus menyelesaikan permasalahan ini segera. Jangan sampai pembajakan menjadi budaya masyarakat yang kemudian mengakar dan sulit untuk dihilangkan. Jika keadaan ini terus berlanjut maka selain mengalami kerugian, hal ini juga bisa mematikan kreatifitas.

Tapi masalah ini juga terlalu complicated menurut saya. Contohnya saja, buku bajakan tidak mungkin beredar lebih banyak tanpa adanya pembeli. Ini dapat diasumsikan bahwa peminat barang-barang bajakan ini juga banyak. Sehingga wajar kalau barang-barang bajakan ini terus menjamur dan tumbuh subur. Dalam hal buku misalnya, tentu sebagian kita menginginkan buku-buku yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Tapi tentu buku berkualitas plus murah ini keberadaannya sangat langka.

Maka tak heran banyak masyarakat yang mencari toko buku yang menawarkan discount. Beberapa toko buku biasanya berani memberikan diskon 20-35%. Nah, yang agak mengherankan, ada juga toko buku yang membolehkan pembelinya untuk menawar harga. Jika pandai dalam urusan tawar menawar ini maka kita bisa mendapakan potongan harga hingga 50%. Wow...menakjubkan juga! Namun kemudian pasti timbul pertanyaan di benak kita, asli kah buku yang didapatkan? Bahkan konon kabarnya buku-buku bagus dan baru yang mendapat diskon 20-35% ternyata juga harus dipertanyakan keasliannya.

Mencari siapa yang harus disalahkan dalam hal ini, tentu agak sulit. Pemerintah kita juga sepertinya tidak begitu concern dengan masalah pembajakan ini. Walaupun ada Undang-undang yang dengan tegas memberikan sanksi bagi pelaku pembajakan, toh dalam prakteknya peraturan tersebut hanya sekedar peraturan tertulis. Parahnya lagi, pelanggaran-pelanggaran ini justru didukung oleh masyarakat yang memang membutuhkan buku-buku berkualitas namun terkangkau. Apalagi bagi pelajar dan mahasiswa yang dituntut untuk mencari dan membaca buku dalam tugas-tugas sekolah ataupun perkuliahan. Buku-buku pelajaran biasanya relatif mahal dan kadang sulit dijangkau oleh sebagian masyarakat. Sehingga membeli yang bajakan menjadi alternatif jitu. Tak masalah bajakan asalkan content-nya sama. Nah, kalo sudah begitu kasusnya, what to say?

Inilah salah satu dilema yang ada di negeri ini. Semoga saja kesadaran untuk tidak membeli buku atau bajakan menjadi lebih baik sehingga tidak ada lagi pihak-pihak yang merasa dirugikan dan terdzholimi. Amin.

Monday, February 22, 2010

Surya Tenggelam



Ketika surya tenggelam di ufuk Barat,
Riak-riak sungai terasa mengalir lembut,
Bayang-bayang yang tadinya hadir,
Kini pergi bersembunyi dibalik kegelapan,
Pekik kesunyian terasa kian nyaring,
Lengkingan kelam membahana rongga jiwa,
Dan aroma kegelisahan mengalir disetiap aliran darah,
Maka saatnya,
Mulut untuk dibasuh,
Wajah untuk dibasuh,
Tangan untuk dibasuh,
Kepala untuk dibasuh,
Telinga untuk dibasuh,
Dan kakipun untuk dibasuh,
Kemudian pergi menghadapNYA,
Mencari segenggam mutiara ketenangan,
Menumpahkan gelora yang terus memuncak,
Lafazkan cinta dari kerinduan akan sebuah pertemuan.

Funny Baby



Tahukah Anda kenapa kita tidak bosan melihat bayi? Yup, menurut saya karena bayi itu belum punya dosa. Kalo melihat seorang baby kita pasti gemas, trus selalu ingin memegang, mencium, menggendong atau bermain dengan ekspresi wajah. Memandang bayi itu sangat tidak membosankan dan dijamin kita akan ingin terus berlama-lama (kecuali kalo si baby lagi pups..itu lain soal^_~). Coba bandingkan kalo kita melihat wajah orang dewasa. Wah... reaksinya bisa macam-macam tuh!!! Seperti reaksi pengen marah, pengen nonjok, pengen menyiksa, bahkan pengen muntah karena saking banyak gaya (hehehe...ini murni hiperbola). Jika merasa stres, maka saya sarankan untuk melihat foto baby saja... Dan semoga mood Anda become better and better...

Surga di Telapak kakimu








Kunyanyikan sebuah lagu untukmu Ibu
Sebagai wujud terima kasihku kepadamu
Tanpa lelah kau berjuang membesarkanku
Berikan yang terbaik untukku
Izinkanlah tanganmu kucium
Dan kubersujud dipangkuanmu
Temukan kedamaian di hangat pelukmu
Didalam hatiku yakin serta percaya
Ada kekuatan do’a yang engkau titipkan
Lewat Tuhan membuat semangat
bila diri ini rapuh dan tiada berdaya
Ada surga di telapak kakimu
Betapa besar arti dirimu
Buka pintu maafmu
Saat kulukai hatimu
Ada surga telapak kakimu
Lambangkan mulianya dirimu
Hanya lewat restumu terbuka pintu ke surga
Kasih sayangmu begitu tulus
Kau cahaya dihidupku
Tiada seorangpun yang dapat menggantimu
(dibawakan oleh GITA GUTAWA)

Promise









Mengapa tak menyapa?
Kenapa diam?
Haruskah terus hanyut dalam tanda tanya?
Jangan lakukan itu.
Jangan terus kan itu.
Dan jangan sakiti dia dengan itu.
Bijaklah untuk sekedar berujar
Hadapi dengan kesahajaan.
Jika memang tak ada lagi bahasa
Mari kita gunakan isyarat untuk saling mengungkapkan.
Jikapun semua telah musnah
Maka kita masih bisa saling berdiri di atas langit
Kemudian menatap dengan seksama
Kelak kita akan saling tersenyum kembali
Tanpa sadar tangan-tangan itu akan saling berjabat
Kita akan saling menerima
Dan kita akan saling mengahabiskan waktu bersama
Dalam masa-masa indah yang membuat iri semua orang.
Bilakah masa itu akan berlaku?
Serahkan saja pada detak jam yang berputar.
Jangan lagi menduga tanpa melihat
Jangan lagi berprasangka tanpa wujud
Jangan lagi memainkan sesal dalam ribuan nyata
Kita akan bersama.
Kita akan menghadapinya bersama.
Dan kita akan melakukannya bersama.

Friday, February 19, 2010

Ketika Musim Berganti



Daun itu masih basah disirami hujan yang baru saja pergi
Dinginnya semilir angin masih terasa diiringi kabut dalam dinding hati
Dari balik kaca jendela semua terlihat
Dari bentuk yang tak jelas hingga terlihat dengan nyata
Namun detik akan berlalu
Kemudian pergi meninggalkan sisa-sisa ingatan
Bermula dari sebuah musim yang tak tentu
Munculah kembang setaman yang mewangi
Terlihat indah penuh warna-warni
Diiringi nyanyian cinta para kumbang-kumbang
Ketika kemudian musim berganti
Maka perjalanan bumi akan merubah hari
Matahari akan membawa waktu baru untuk dilewati
Tragis jika harus begini
Tapi bersyukur masih pernah merasakannya
Langit ini akan menjadi saksi
Tanah ini akan menjadi saksi
Bumi ini pun menjadi saksi
Atas apa yang pernah terjadi
Mungkin hujan mampu mengapus jejak yang tertinggal
Tapi tidak dengan sebuah rasa.

Kata dalam Diam



Kata itu terbalut dalam diam
Tak ada satu ungkapan atau rasa saling bicara
Semua hanya teka-teki yang beselimut dalam kondisi
Tak jelas siapa wujudnya
Tak jelas arti tatapan
Dan tak jelas kebermaknaan sepasang mata
Bibir saling bungkam
Hanya memandang jauh
Menyimpan benih-benih kehampaan
Kemudian berbisik akan sebuah kekaguman.
Untuk mempersepsikan suka pun terlalu dini
Semua hanya berawal dari sebuah keadaan
Ruang dan waktu mengakibatkan tatapan saling bertemu
Entah apa yang ada dalam hati dan fikiran masing-masing hanya Tuhan yang tahu
Bisa jadi ternyata ruang jiwa memiliki kutub yang sama
Sehingga kelak akan timbul kekuatan untuk saling tolak-menolak
Atau bisa jadi perbedaan kutublah yang membuat timbulnya kekuatan tarik menarik
Semua tampak samar
Semua tampak tak jelas
Semua tampak tak menentu, hingga waktupun dibiarkan berlalu
Mungkin satu sisi sudah terikat dalam sebuah janji yang tak goyah
Mungkin juga gejolak masih mengakar dalam relung yang dalam
Namun biarkan saja semua berlalu dengan saling melepaskan
Dengan saling tak tersentuh
Dengan saling tak menjawab
Dengan saling acuh
Dengan saling mengucapkan selamat tinggal
Biarkan musim mengganti segenap episode yang tersisa
Dan biarkan semua berakhir tanpa pernah ada yang mengawali.
Semua tumbuh disini dan akan mati disini.

Friday, February 12, 2010

Modified Action



Dalam kehidupan, setiap orang pasti memiliki planning atau rencana. Namun ternyata menurut penelitian yang dilakukan oleh Prof. Robert, hanya sekitar 7-24% saja dari rencana yang dibuat bisa terlaksana. Prof. Robert adalah salah seorang dosen di Australia yang menekuni bidang perencanaan. Ia menempuh pendidikan S1, S2, dan S3 selama bertahun-tahun dengan bidang yang sama. Untuk memperoleh gelar professornya, ia melakukan penelitian tentang perencanaan. Hasilnya cukup mencengankan, dimana ditemukan bahwa hanya ¼ dari perencanaan yang dibuat oleh kebanyakan orang bisa terlaksana dengan sukses. Sedangkan sekitar 76%nya gagal.

Salah satu orang yang anti perencanaan adalah Bob Sadino. Ia adalah seorang milyarder yang dalam hidupnya tidak mempunyai rencana tapi hanya memiliki tujuan.Sebelum sukses, dia hanyalah seorang pedagang telur yang menjual dagangannya seharga sekitar Rp.3000/kilonya. Namun sekarang dia adalah seorang pengusaha sukses yang menjual sebuah unit apartement dengan harga milyaran rupiah. Secara logika, mungkin perencanaan seperti itu tidak masuk akal atau setidaknya sulit untuk diterima. Tapi dalam realitanya semua bisa saja terjadi.

Perbedaan antara tujuan dan perencanaan adalah tujuan lebih mengarah kepada keinginan atau cita-cita, sedangkan perencanaan mengarah pada step atau langkah-langkah untuk mendapatkan tujuan tersebut. Biasanya seseorang membuat perencanaan berdasarkan pada logic of perfection atau logika perencanaan yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman masa lalu atau disebut juga sebagai perencanaan di belakang meja. Namun dalam prakteknya dunia logika akan berbeda dengan dunia kenyataan. Dunia logika bersifat linier atau dilandaskan pada pengalaman masa lalu. Sedangkan kejadian dilapanagan atau kenyataan tidak bersifat liniear sehingga disinilah yang mengakibatkan kegagalan-kegagalan dalam perencanaan.

Apa yang terjadi di dunia nyata terkadang tidak bisa diprediksi. Sesuatu yang kita rencanakan akan sukses bisa saja tidak seperti itu dalam kenyataannya. Misalnya ada seseorang yang membuat perencanaan dalam hidupnya yaitu masuk salah satu perguruan tinggi terkenal di Indonesia, tamat dengan gelar kesarjaanaan dan bekerja sebagai orang kantoran. Namun dalam kenyataannya, sudah tiga kali ikut tes masuk perguruan tinggi tapi tak kunjung lulus. Akhirnya dia memutuskan untuk menjadi pedagang. Lama kelamaan usahanya berkembang dan akhirnya menjadi seorang pedagang yang sukses. Apa yang terjadi pada orang ini diluar rencananya. Mungkin sebelumnya, tidak ada kata-kata berdagang dalam perencanaan hidupnya. Tapi realita membuat semua perencanaan itu harus berubah.

Menurut pengalaman pribadi, beberapa tahun terakhir saya juga sering membuat perencanaan-perencanaan hidup. Baik jangka panjang maupun jangka pendek. Namun dari sekian banyak perencanaan yang dibuat, mulai dari plan A, plan B, plan C sampai plan Z, hanya 1-2 saja yang bisa dilaksanakan.

Apakah ketika perencanaan itu hanya akan sukses 7-24% berarti kita tidak perlu membuat perencanaan dalam hidup? Jawabannya tidak. Perencanaan tetap saja diperlukan. Setidaknya sebagai panduan. Jika perencanaan terbentur dengan kenyataan maka disitulah dibutuhkan Modified Action atau modifikasi tindakan. Sebagai contoh misalnya kita akan melakukan perjalanan Jakarta-Yogya. Dalam planning, kita akan naik pesawat selain cepat waktu yang dibutuhkanpun relative singkat. Tapi ternyata, saat itu juga jalur penerbangan penuh. Sehingga akhirnya dilakukan modified action dengan memilih kendaraan lain seperti kereta api, bus dan lain-lain yang tentunya akan lebih lambat sampai tujuan dan waktu yang diperlukanpun lebih lama. Meskipun demikian, setidaknya tujuan tetap tercapai.

Jadi dengan adanya modified action kita akhirnya tidak hanya terpaku dengan rencana dibelakang meja atau logic perfection. Karena ketika kita hanya fokus pada perencanaan logika maka kita akan sulit bergerak karena terpaku pada perencanaan yang baku.Yang perlu kita siapkan tidak hanya sekedar perencanaan tapi juga modified action untuk mengantisipasi kenyataan-kenyataan yang berlaku.

( disadur dari Mutiara Pagi “The Power of Life” oleh Zainal Abidin)

Performance Value

Lelaki itu bukanlah laki-laki istimewa. Dia hanyalah seorang yang berpostur pendek dan berkulit hitam. Bahkan orang-orang disekitarnya pun sering menghinanya dengan mengatakan bahwa ia jauh lebih jelek dibandingkan dengan untanya. Namun, ketika perintah shadaqah dikumandangkan oleh Rasulullah, maka laki-laki pendek, hitam dan lebih jelek dari untanya itulah yang paling pertama menshadaqahkan unta yang dimilikinya. Sehingga Rasullah mengatakan bahwa dia adalah laki-laki yang terbaik diantara kalian.

Apa yang terjadi di zaman Rasulullah, atau bahkan jauh sebelumnya, juga terjadi sekarang ini. Banyak yang menilai seseorang hanya dari segi fisik, kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki. Penilaian itu tidak bisa disalahkan juga, karena kita hidup ditengah masyarakat yang hanya melihat harga orang lain dari tampilan luarnya. Hal ini bisa dilihat dari media masa kita yang lebih mengeksplor fisik-fisik sempurna, masalah kompetensi itu urusan yang kesekian. Adapun yang bertampang pas-pasan, biasanya lebih sering menjadi bulanan-bulanan lawakan atau bahan hinaan untuk ditertawakan bersama-sama. Naudzubillah.

Mengenai fisik ini, saya pernah menerima pujian, namun ejekan juga pernah. Dua-duanya adalah cobaan hidup^_^. Pujian adalah cobaan agar tidak sombong, ejekan juga ujian agar lebih sabar. Yang jelas, setiap manusia dilahirkan dengan sebaik-baik penciptaan. Dan tidak ada yang sia-sia dihadapan-NYA. Bukankah ALLAH menilai hamba-hamba-Nya dari seberapa besar keimanannya, bukan dari seberapa cantik/gantengnya.

Saya pernah melihat orang-orang yang diuji dengan kekurangan fisik namun masih tetap semangat menjalani hari. Tidak ada keluh kesah, senyum masih setia mengukir bibir mereka. Contoh nyata bisa kita lihat dari salah seorang sahabat Rasulullah (saya lupa namanya) yang selalu tampil terdepan, walaupun secara fisik dia berukuran mini (boncel). Namun dia memiliki semangat yang luar biasa dan selalu ikut berjihad di medan perang. Ada juga Helen Keller, wanita tuna netra pertama, yang berhasil menamatkan studinya di universitas. Kemudian ada juga pianis asal China yang memainkan tuts-tuts pianonya hanya dengan 3 jari, selain itu ukuran tubuhnya hanya setengah dari ukuran tinggi normal manusia. Namun kekurangan tidak menghalangi keinginannya untuk sukses.

Ketika ejekan itu kembali mampir, terus terang ada perasaan kesal dan marah. Namun setelah itu saya tersadar bahwa itulah apa adanya saya. Jadi tak perlu sedih atau kecewa. Apa yang terjadi saat ini, akan saya jadikan pelajaran. Bahwa ternyata sakit rasanya menerima ejekan. Dan sangat sakit rasanya jika seseorang hanya menilai kita dari segi fisik, kekayaan dan kekuasaan. Maka dari sekarang, saya pun ber-azzam untuk tidak melakukan hal yang serupa terhadap orang lain. Bagaimanapun penilaian manusia itu sangat relatif, dan penilaian ALLAH saja yang absolut. Terima kasih untuk seseorang yang telah membuat saja belajar sabar dan bijak hari ini. Famayya’mal mistqola zarratin khairayyarah, famayyakmal mistqola zarratin syarrayyarah.

Flamboyan, February 9th, 2010

Lucky



Hidup mungkin terasa tidak adil bagi sebagian orang. Dan itu juga yang ada dibenakku ketika melihat kehidupan seorang teman. Terlahir dari keluarga bangsawan yang kaya, tentu merupakan idaman setiap orang. Dan itu diperolehnya. Selain mendapat penghormatan dari lingkungan masyarakat di kampung halamannya, akses untuk mendapat pekerjaanpun lebih mudah ketika gelar kebangsawanan itu melekat di depan nama.

Kehidupan yang serba nyaman, serba ada dan serba senang ternyata sangat mempengaruhi motivasi. Meskipun segala fasilitas tersedia dan diberikan, namun tidak membuat semangat untuk kuliah menjadi lebih besar. Hampir 2 semester dia cuti dengan alasan bosan dan tidak begitu tertarik dengan perkuliahannya. Untuk mengisi waktu, dia mengikuti kursus yang pada dasarnya, skill itu sudah didapatkan.

Suatu malam dia bercerita, bahwa dia ingin segera pulang ke kampung halamannya, kemudian bekerja dan memenuhi target menikah di usia yang ke-23. Karena menikah lewat dari usia 25 tahun bisa menjadi bahan gunjingan di kampungnya. Makanya syarat untuk menjadi suaminya pun tidak sulit-sulit amat, yang penting laki-laki itu tajir. Sudah cukup.

Sebisa mungkin aku memberikan masukan bahwa harta bukanlah jaminan kebahagiaan. Dan berumah tangga bukan hanya sekedar keinginan, tapi butuh persiapan dan tentunya butuh ilmu. Selagi orangtua mampu dan sanggup, alangkah baiknya jika menyelesaikan kuliah terlebih dahulu. Setelah mendapat gelar, toh usianya pas 23 tahun, dan bisa segera menikah. Lagian dengan kondisi Indonesia yang sekarang, jangankan ijazah SMA, ijazah S1 saja sulit mencari pekerjaan. Jika hanya mengandalkan harta orang tua, seberapa lama bisa bertahan.

Namun bagaimanapun juga, aku hanyalah orang yang berada diluar kehidupannya. Toh masa depan ada ditangan masing-masing orang. Lagian saat ini, keluarganya juga sudah mempersiapkan sebuah tempat untuk dia memulai usaha. Aku hanya bisa mendo’akan. Semoga keinginannya bisa terwujud.

Di sisi lain aku melihat begitu banyak anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, miskin. Jangankan untuk memikirkan pendidikan, untuk memenuhi kebutuhan pangan saja sulitnya luar biasa. Tapi dari kesulitan-kesulitan inilah biasanya lahir anak-anak hebat yang tangguh dengan otak yang cerdas. Walaupun ada yang menyerah pada keadaan, ada juga yang akhirnya bisa keluar dari kesulitan. Intinya adalah kemauan, there’s a will there’s a way. Seperti kata Arai dalam Sang Pemimpi, “mimpi-mimpilah yang membuat orang miskin bisa bertahan hidup.”

Lucky (keberuntungan) yang saat ini juga ku peroleh, hingga bisa mencicipi pendidikan yang lebih tinggi, bukanlah sekedar untuk dinikmati tapi dimanfaatkan agar menjadi lucky..lucky yang berikutnya. Dan jangan pernah berhenti untuk bermimpi karena hari ini adalah wujud dari mimpi hari kemarin dan apa yang terjadi esok adalah wujud dari mimpi-mimpi hari ini.

Flamboyan, February 7th, 2010

Motherhood

Pernahkah Anda menonton film Motherhood? Yup, dari judulnya kita bisa menebak bahwa film ini menceritakan tentang kehidupan seorang ibu rumah tangga. Namanya Eliza Weish (Ema Thurman). Dia adalah Ibu dari dua orang anak, putra dan putri. Yang satu masih balita dan satunya lagi usia taman kanak-kanak. Sebagai ibu rumah tangga, setiap hari ia tak lepas dari rutinitas membereskan rumah, menyiapkan sarapan, membangunkan anak-anak untuk sekolah, mencuci, berbelanja, memasak, menjemput anak sekolah, menyetir, mempesiapkan pesta ulang tahun anak, bahkan tak jarang melakukan pekerjaan yang harusnya dilakukan oleh seorang laki-laki.

Pada dasarnya Eliza sangat menikmati pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga. Setiap moment tumbuh kembang yang terjadi pada anaknya selalu didokumentasikan. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa dia juga memiliki keinginan untuk bekerja seperti tetangga didepan apartemennya yang menjadi seorang Ibu sekaligus wanita karier yang sukses. Dan secara finansial tetangganya tersebut memiliki kehidupan yang jauh lebih baik.

Eliza dulunya adalah seorang penulis, namun karena kesibukannya menjadi Ibu rumah tangga, kegiatan itu mulai terlupakan. Ketika ada sebuah lomba menulis dengan tema “motherhood”, naluri menulisnya kembali muncul. Ditengah-tengah kesibukan mengurus rumah tangga dan anak, dia mencoba menyelesaikan tulisannya. Ternyata hal itu tidak mudah, sebagai ibu rumah tangga ia merasa tidak memiliki waktu yang cukup. Selalu saja ada hambatan. Dia mulai merasa bosan dan jenuh menjadi ibu rumah tangga. Ia mulai merasa bahwa suaminya tidak lagi peduli dan merasa terjadinya ketidakseimbangan dalam pembagian tugas kerumahtanggaan. Konflik-konflik bermunculan bahkan merembes kedalam lingkuangan sosialnya.

Masalah demi masalah membuat Eliza merasa sendiri, kesepian, dan merasa diabaikan. Ketika berada pada antiklimaks konflik, ia pun mencoba kabur dari kehidupan rumah tangga yang telah mengukungnya. Namun karena naluri keibuan, dia akhirnya kembali dan mencoba menyelesaikan permasalahan yang ada. Bentuk solusi yang dilakukan adalah dengan komunikasi. Sebagai istri dia berusaha jujur mengenai apa yang dihadapi dan dirasakannya. Walaupun agak sedikit kaget mendengar keluhan tersebut, suaminya mencoba memahami dan lebih membantu dalam urusan-urusan kerumahtanggan. Ending cerita, Eliza mampu memaknai ‘motherhood” itu sendiri dari pengalaman yang dialaminya langsung dan dia pun mampu menyelesaikan tulisannya.

Itulah sekilas cerita tentang film “motherhood”. Ternyata menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan kesabaran dan ketangguhan. Apalagi kehidupan rumah tangga akan selalu menghadapi masa-masa up and down alias pasang surut. Disanalah butuh komunikasi antar anggota keluarga. ^_^…?????

Ibadah Enjoyment



Adzan maghrib baru saja berkumandang, dan kakiku baru saja menginjak tikar tipis yang yang warnanya sudah tampak pudar. Biasanya mesjid ini ramai dikunjungi anak-anak, tapi kali ini hanya ada aku dan seorang wanita tua. Tubuhnya tak lagi tegap. Osteoporosis membuat tulang punggungnya menjadi bengkok. Tapi semangatnya untuk sholat berjama’ah ternyata tidak terhalang oleh usia. Sesaat kami saling berjabat tangan dan kemudian suara iqomah pun terdengar, tanda saatnya fokus menghadap-Nya.

Setelah sampai dirumah aku berpikir, betapa nikmatnya beribadah ketika tubuh masih kuat dan sehat. Kita bisa rukuk dengan sempurna, sujud dengan sempurna, bahkan ketika imam membaca surat yang panjang sekalipun, kaki masih kuat sebagai penyangga di saat berdiri.

Ibarat mesin yang sering dipakai, maka suatu saat dia akan aus. Begitu juga dengan tubuh. Selama bertahun-tahun digunakan, maka semakin bertambah umur maka semakin banyak yang rusak. Ini tentunya juga akan berpengaruh pada ibadah. Kenikmatannya akan menjadi berkurang. Untuk berdiri lama lutut sudah tidak kuat, untuk rukuk punggung sudah sulit untuk diluruskan, untuk sujud harus pelan-pelan begitu juga ketika bangkit dari sujud. Duduk antara dua sujud atau tasyahud awal dan akhir, kaki kesemutan^_^.

Jadi mumpung masih muda, aku harus menikmati saat-saat indah beribadah. Ketika tubuh masih sehat, maka aku masih bisa melakukan gerakan-gerakan sholat sesempurna mungkin. Mumpung masih muda dan mumpung my body still strong, I should enjoy my ibadah.

Sidokarto, 2010

Berkirim Surat

Kecanggihan teknologi ternyata tidak selamanya berdampak positif. Terkadang ada beberapa hal yang hilang atau lenyap akibat lahirnya sebuah teknologi. Salah satunya adalah kebiasaan menulis surat. Jika dicermati, banyak anak muda zaman sekarang yang tidak begitu mengerti bagaimana cara mengirim surat. Mungkin ada juga yang tidak tau disebelah mana prangko harus diletakkan dan disebelah mana alamat pengirim dan penerima dituliskan.

Menulis surat mungkin dianggap jadul, ga’ keren dan spend much time. Harus menulis dulu, masukan ke amplop, trus dikirim dan menunggu beberapa minggu agar bisa menerima surat balasan. Di zaman yang serba instant dan serba praktis, menulis surat tentu bukanlah cara yang cukup efektif.

Sekarang ini sudah ada email atau surat elektronik, dalam sekali klik bisa langsung di send dan di receive. Atau yang paling mudah adalah dengan mengirim sms. Dengan Rp. 99-150 atau memanfaatkan layanan sms gratis, maka kita bisa mengirim pesan tertulis. Pesan ini juga tak perlu harus menggunakan kata-kata yang utuh, cukup dengan disingkat saja seperti yang menjadi yg, menyenangkan menjadi mnyngkn, suka menjadi sk, pokoknya cukup menggunakan huruf konsonan saja, dan mengabaikan keberadaan huruf vokal.

Akibat kecanggihan teknologi ini bisa dilihat di tahun 2000-an, saat Idul Fitri tiba, kantor pos yang tadinya ramai luar biasa kini menjadi sepi. Kebiasaan mengirim kartu ucapan telah diwakilkan dengan sebuah sms, lebih cepat dan murah jika dibandingkan harus mengirim kartu ucapan via pos yang membutuhkan waktu berhari-hari dan berminggu-minggu.

Esensi antara surat dan sms tentu berbeda. Menerima surat dan menerima sms, sensenya juga tak sama. Terkadang banyak yang memberikan ucapan selamat atau ucapan berbelangsungkawa hanya via sms saja. Walaupun ini umum negeri kita, tapi pada dasarnya hal itu bukanlah sesuatu yang polite.

Sekarang ini rata-rata orang berkunjung ke kantor pos hanya untuk membayar tagihan rekening listrik, telepon, air, kredit dan lain-lainnya. Kalaupun mengirim surat, paling juga surat lamaran pekerjaan. Atau juga hanya sekedar untuk mengirim barang ke luar daerah.

Terkadang saya kangen juga mengirim surat^_^. Dulu di masa-masa SMA bahkan awal kuliah, kebiasaan berkirim surat masih dilakukan. Senang rasanya ketika menerima surat dari seorang teman, atau sahabat pena yang berada diluar daerah. Apalagi mendapat oleh-oleh cerita dari kakak yang tegah merantau, dijamin bisa berlinangan air mata.

Namun sepertinya kebiasaan berkirim surat ini mulai terkikis. Jika teknologi semakin canggih, maka bisa jadi kantor pos hanya tinggal nama. Meskipun demikian, setidaknya saya mempunyai kenangan indah saat-saat berkirim surat, hunting kertas-kertas surat di toko buku, dan mengoleksi beberapa perangko berdasarkan serinya.

Bukan Cinta Biasa

Begitu banyak cerita
Ada suka ada duka
Cinta yang ingin kutulis
Bukanlah cinta biasa

Dua keyakinan beda
Masalahpun tak sama
Ku tak ingin dia ragu
Mengapa mereka selalu bertanya

Cintaku bukan di atas kertas
Cintaku getaran yang sama
Tak perlu dipaksa, tak perlu dicari
Karena kuyakin ada jawabnya

Andaiku bisa merubah semua
Hingga tiada orang terluka
Tapi tak mungkin, kutak berdaya
hanya yakin menunggu jawabnya

Janji terikat setia
Masa merubah segala
Mungkin dia kan berlalu
Ku tak mau mereka tertawa

Diriku hanya insan biasa
Miliki naluri yang sama
Tak ingin berpaling , tak ingin berganti
Jiwaku sering saja berkata

Andaiku mampu ulang semua
Kupasti tiada yang curiga
Kasih kan hadir tiada terduga
Hanya yakin menunggu jawaban.

(dipopulerkan oleh Siti Nurhaliza)

Book Liner

Menurut salah seorang teman saya, perbedaan antara pembaca buku yang baik dengan yang tidak bisa ditentukan dari bagaimana dia memperlakukan buku tersebut. Jika dia menandai halaman buku yang dibaca dengan melipat bagian atas atau bawah kertas maka dia termasuk pembaca yang tidak baik. Namun jika halaman buku masih mulus dan tidak ada tanda lipatan kertas, maka dia termasuk kategori pembaca yang baik.

Nah, ternyata saya dikategorikan sebagai pembaca yang tidak baik. Alasannya, dibeberapa buku saya ditemukan lipatan-lipatan sebagai penanda bagian-bagian mana yang sudah dibaca dan cukup penting. Walaupun perlakuan itu, tidak untuk semua buku, tapi tetap saja mau sedikit atau banyak, hukum orang yang melipat halaman buku tetap saja adalah pembaca yang tidak baik. Katanya…^_^!!!

Menyadari kesalahan tersebut, saya pun meng-create pembatas buku sendiri dengan cara yang amat sangat mudah and interesting enough. Langkah-langkahnya:
1.Browsing gambar-gambar menarik via internet atau bisa memanfaatkan file picture yang ada di folder.
2.Tempatkan beberapa gambar dalam satu halaman, ukurannya terserah sesuai dengan kesukaan masing-masing.
3.Setelah itu, print di kertas foto/ kertas yang cukup tebal (kertas jilid).
4.Hasil gambar yang sudah di print, dipotong-potong sesuai ukurannya.
5.Basically, 4 tahapan diatas sudah selesai. Namun jika menggunakan kertas jilid maka tentunya perlu perlindungan. Jika tidak memiliki mesin press, maka tak perlu khawatir, manfaatkan saja sampul plastik dan setrika. Dengan menggunakan prinsip kerja mesin pres, maka kita bisa mendapatkan hasil yang lebih kurang sama dengan hanya menggunakan sampul plastik yang di press dengan menggunakan setrika. Tentunya plastik disetrika diatas kertas tebal atau kain, agar tidak lengket.
6.Untuk mempercantik, bagian atas pembatas buku bisa dilobangi dan diberi aksen pita.
7.Pembatas buku siap digunakan.
Ternyata dengan pembatas buku yang cukup variatif bisa menumbuhkan semangat yang lebih besar lagi dalam membaca. Dan tentunya kita bias menjadi seorang pembaca buku yang baik. So try to make ur own book liner!