Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Thursday, February 25, 2010

Pembajakan


Masalah bajak membajak mungkin bukanlah hal yang aneh di negeri ini. Mulai dari lagu, film, bahkan buku bisa dengan mudah kita dapatkan yang versi bajakannya. Hal ini tentu sangat meresahkan khususnya bagi musisi, film maker, production house, penerbit, penulis dan lain-lain.

Dalam sebuah berita dilaporkan bahwa banyak penerbit buku yang mengalami kerugian yang cukup besar akibat pembajakan ini. Dan fakta dilapangan menunjukkan bahwa buku bajakan yang beredar ternyata 2x lebih banyak dibandingkan dengan buku aslinya.
Mencermati hal ini, tentu saja kita harus menyelesaikan permasalahan ini segera. Jangan sampai pembajakan menjadi budaya masyarakat yang kemudian mengakar dan sulit untuk dihilangkan. Jika keadaan ini terus berlanjut maka selain mengalami kerugian, hal ini juga bisa mematikan kreatifitas.

Tapi masalah ini juga terlalu complicated menurut saya. Contohnya saja, buku bajakan tidak mungkin beredar lebih banyak tanpa adanya pembeli. Ini dapat diasumsikan bahwa peminat barang-barang bajakan ini juga banyak. Sehingga wajar kalau barang-barang bajakan ini terus menjamur dan tumbuh subur. Dalam hal buku misalnya, tentu sebagian kita menginginkan buku-buku yang berkualitas dengan harga yang terjangkau. Tapi tentu buku berkualitas plus murah ini keberadaannya sangat langka.

Maka tak heran banyak masyarakat yang mencari toko buku yang menawarkan discount. Beberapa toko buku biasanya berani memberikan diskon 20-35%. Nah, yang agak mengherankan, ada juga toko buku yang membolehkan pembelinya untuk menawar harga. Jika pandai dalam urusan tawar menawar ini maka kita bisa mendapakan potongan harga hingga 50%. Wow...menakjubkan juga! Namun kemudian pasti timbul pertanyaan di benak kita, asli kah buku yang didapatkan? Bahkan konon kabarnya buku-buku bagus dan baru yang mendapat diskon 20-35% ternyata juga harus dipertanyakan keasliannya.

Mencari siapa yang harus disalahkan dalam hal ini, tentu agak sulit. Pemerintah kita juga sepertinya tidak begitu concern dengan masalah pembajakan ini. Walaupun ada Undang-undang yang dengan tegas memberikan sanksi bagi pelaku pembajakan, toh dalam prakteknya peraturan tersebut hanya sekedar peraturan tertulis. Parahnya lagi, pelanggaran-pelanggaran ini justru didukung oleh masyarakat yang memang membutuhkan buku-buku berkualitas namun terkangkau. Apalagi bagi pelajar dan mahasiswa yang dituntut untuk mencari dan membaca buku dalam tugas-tugas sekolah ataupun perkuliahan. Buku-buku pelajaran biasanya relatif mahal dan kadang sulit dijangkau oleh sebagian masyarakat. Sehingga membeli yang bajakan menjadi alternatif jitu. Tak masalah bajakan asalkan content-nya sama. Nah, kalo sudah begitu kasusnya, what to say?

Inilah salah satu dilema yang ada di negeri ini. Semoga saja kesadaran untuk tidak membeli buku atau bajakan menjadi lebih baik sehingga tidak ada lagi pihak-pihak yang merasa dirugikan dan terdzholimi. Amin.

No comments:

Post a Comment