Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Thursday, January 21, 2010

Nasib anak kost

Oleh Nini Wahyuni

Sesendok sup baru saja singgah ditenggorokanku. Wuih..nikmatnya luar biasa. Hampir saja lupa baca Bismillah. Inilah salah satu bentuk kesempurnaan, ketika dinginnya malam yang disertai hujan yang bernyanyi riang bercampur dengan panasnya semangkuk sup. Perfecto!!! Tak butuh waktu setengah jam untuk menghabiskannya, apalagi cacing-cacing di lambung sudah bersorak sorai sedari tadi.^_^ (hehe...ketauan deh cacingan...).

Dalam hening yang kenyang, keringat mulai bercucuran. Wajar, proses pembakaran baru saja terjadi. Namun tiba-tiba hidung memberikan kabar. Ada bau-bau yang rasanya tak asing. Hmmm...darimanakah asalnya? Aku angkat mangkuk yang kini kosong tak berdaya. Aku cium disekeliling...
Oh my God... I really hate it!!!

Lagi-lagi aku tertipu, inilah kenikamtan yang semu. Kesempuranaan yang tak sempurna. Penyesalan yang sudah terlambat. Yah, aku tau itu adalah aroma dari penyedap rasa. Aku kenal, karena dulu aku pernah menggunakannya. Tapi it’s a long..long...long...time ago! Ah ternyata, enaknya ga’ asli. Kenapa setelah mangkuk itu kosong aku baru tersadar? Ini pasti karena godaan aromanya ( hehe..bilang aja emang kelaperan...!!)

Tak usah diperjelas, yang namanya rumah makan maka takkan lepas dari dosa. Yah, dosa penipuan yang berkedok kenikmatan. Enak sih enak, nikmat sih nikmat tapi bahan yang dikandungnya itu yang masalah. Entah berapa banyak bungkusan penyedap itu menyatu didalam masakan. Dan tahu sendirilah efek jangka panjangnya? >_<

Ini bisa dikategorikan sebagai percobaan pembunuhan dengan cara yang amat sangat halus. Hmmm...ini bisa diusut ke pengadilan dan dipidanakan agar semua rumah makan, restoran, kafe, warteg, ankringan atau apalah namanya tidak lagi menggunakan bahan penyedap yang mematikan (Please deh, jangan lebay....)

Pfuh...akhirnya pasrah deh! Susah cari makanan sehat, apalagi yang enak dan murah meriah (hehe..maunya..) Mau masak, prosedurnya ribet amat.. ! Ada tambahan ini, tambahan itu, hitungan ini, hitungan itu.. Ah, ribet! Dilema anak kost!!! Wahai para anak kost, mari kita membuat konfrensi untuk menyusun butir-butir kesepakatan tentang pentingnya makanan sehat!!! ( Wuah....^_~)

Elegi Tatapan Sunyi

Oleh Nini Wahyuni

Mereka bertemu. Kemudian saling menatap. Pandangan itu begitu tajam, menusuk langsung kedalam hati. Hanya diam yang menjawab. Diatas kontradiksi rasa, berkecamuk emosi tak berbalas. Entah itu terletak pada satu sisi yang bernama ruang atau dimensi yang bernama waktu, takdir itu bukanlah milik mereka. Semua begitu beku. Dingin merasuk kedalam raga yang sedari lama tak tersentuh. Bagaikan berada pada pusaran gelombang yang jauh tak terjangkau, cerita mereka hanya Tuhan saja yang Tahu. Kemudian mata memberanikan diri untuk bicara, walaupun pada akhirnya hanya ucapan selamat tinggal yang lahir. Hujan pun turun, menghapus jejak-jejak yang tertinggal. Di ujung jalan itu mereka masih menatap, namun untuk saling menjauh. Karena naluri menasehati, ini tidak boleh terjadi.

Sebuah Renungan

oleh Nini Wahyuni

Salah satu tujuan dari sebuah perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan. Dan seorang wanita akan merasa hidupnya lengkap ketika dia bisa melahirkan seorang anak. Ada yang beruntung bisa mudah mendapatkan keturunan, namun ada juga yang harus bersabar dan ikhlas ketika permata hati tak kunjung datang. Walaupun ada yang sadar bahwa anak adalah harta yang tak ternilai harganya dan merupakan titipan dari sang pencipta yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya, banyak juga yang ternyata tega menelantarkan kehidupan seorang anak.

Mungkin terlalu na’if jika aku memberikan penilaian yang subjektif. Karena aku yakin semua orang punya pilihan, dan setiap pilihan selalu mempunyai alasan. Sedikit banyak aku bisa mengerti bahwa tuntutan hidup terkadang membuat both of husband and wife have to go work. Namun, yang agak membuat dahiku berkerut adalah, ada seorang ibu yang tidak bekerja and most of her days just for stay at home, menyerahkan pengasuhan buah hatinya kepada baby sitter. Memang tidak ada masalah. Tapi ketika waktu si anak lebih banyak dihabiskan bersama baby sitter ketimbang dengan ibunya yang sama-sama memiliki waktu yang sama dengan pengasuhnya tadi, I think it’s a big problem!

Lagi-lagi, mungkin terlalu na’if jika aku memberikan penilaian. Karena pertama masing-masing kehidupan orang berbeda-beda, dan yang kedua aku sendiri belum pernah mencicipi bagaimana rasanya berumah tangga apalagi punya anak jadi rasanya penilaianku akan sangat dangkal, hanya sesuai dengan apa yang kulihat, dengar dan rasakan. Tentulah sangat subjektif.

Entah kenapa, terbersit rasa iba dihatiku ketika melihat mereka. Dua anak yang lucu-lucu, tanpa dosa. Aku membayangkan akan seperti apa jika mereka besar kelak? Islam mengatakan bahwa seorang ibu adalah madrasah pertama dan sebuah karakter anak terbentuk pertama kalinya dari seorang Ibu. Apa jadinya jika seorang anak dibesarkan oleh seorang baby sitter yang tidak sempat mengenyam pendidikan? Dan pembelajaran akhlak seperti apa yang bisa diberikan? Serta seberapa mampukah ia membangun kepribadian anak tadi hingga bisa menjadi manusia yang unggul nantinya?

Aku tidak bermaksud merendahkan pekerjaan sebagai seorang baby sitter, karena keberadaan mereka amat sangat dibutuhkan. Selain itu jasa-jasa mereka pun kadang tak bisa dinilai dengan uang. Tapi tetap, sepintar dan sehebat apapun seorang baby sitter, menurutku seorang anak sangat membutuhkan kasih sayang, perhatian, belalaian lembut dari Ibunya. Seorang anak butuh perlindungan. Seorang anak butuh diajarkan untuk mengenal siapa Tuhannya. Seorang anak butuh diajarkan tentang ilmu pengetahuan. Seorang anak butuh persiapan untuk mengahadapi dunia luar yang penuh tantangan dan rintangan yang dahsyat. Yah, seorang anak membutuhkan sosok seorang Ibu.

Aku sadar, penjabaranku mungkin terlalu teoritis dan tentunya tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi mewujudkannya dalam sebuah aplikasi. Dan terkadang, idealisme berbenturan dengan realita yang ada, bahkan harus bertekuk lutut dan mengaku kalah. That’s life!!

Intinya:

Love ur children..., whereever u are and whatever u do!!! Bukankah untuk menghadirkannya kedunia butuh pertarungan antara hidup dan mati? So, kenapa disia-siakan?

Dilema

Oleh: Nini Wahyuni

Hampa, tapi tidak hampa. Ruang ini tidak kosong, tapi terasa sepi. Menatap tapi tiada. Mendengar tapi tuli. Berbicara bibir bisu. Rintihan hati kemudian menari-nari, berkaca didepan cermin kejujuran yang palsu. Diam, bukan tidak bergerak. Hening bukan berarti pilu. Hanya saja menatap detik demi detik yang berlalu, meninggalkan sejarah yang akan menjadi cerita bagi anak cucu. Ruang dan waktu diputar kembali, menembus kemustahilan yang tak mungkin berulang.
“Wahai Adam! Tinggallah engkau bersama istrimu dalam surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tapi janganlah kamu berdua dekati pohon yang satu ini. Apabila didekati kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.“
Ah, tapi keinginan itu begitu kuat. Rasa penasaran menusuk-nusuk hasrat yang mulai berkecamuk. Peperangan terjadi, antara boleh dan tidak boleh? Antara patuh dan rasa ingin tahu? Rasa takut bercampur dengan harap? Harus tetapi tidak benar? Mau tapi jangan melawan? Apa maksudnya sebuah larangan jika dia bertengger pada kenikmatan? Kenapa harus tercipta jika tidak boleh tersentuh? Ah, ini benar-benar rumit. Memenangkan antara hasrat dengan sebuah larangan kemutlakan? “Tapi lakukanlah,” bisik setan-setan itu. Atas nama sumpah, mereka merayu dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Maka tanganpun mulai menyentuh pohon ajaib itu, dan seketika kenikmatan berubah menjadi malapetaka. Merekapun terusir. Jatuh kebumi.
Allah berfirman, “ Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan.”

Ambivalensi

Oleh Nini Wahyuni

Ruang dan waktu berputar. Hiduplah seorang pemuda, yang bergelar Al Amin. Yah, sebuah prestasi dahsyat dizaman yang penuh kejahilan. Dia tak tersentuh kemungkaran. Bagai mutiara, dia terus berkilau ditengah lumpur hitam yang kelam. Ingin membaca tapi dia ummy (buta huruf). Ingin bicara, malah dicemooh. Ingin memprotes malah diprotes. Ingin meneggakkan kebenaran, malah dimusuhi. Ingin mendidik, malah dihujat. Ingin mencerdaskan, malah dikatakan gila. Ingin menebar benih-benih kebaikan, tapi dilempar dan dipukuli. Ingin memulai, tapi harus berpindah. Ingin membenci, tapi rasa cinta membuncah lebih hebat. Ah, ini benar-benar sulit. Tapi tak caci maki, hanya santun yang membumi dari akhlak yang luar biasa. Dialah Sang kekasih Dzat yang Maha Tinggi. Yang di akhir hayatnya masih menyimpan sejuta kecintaan..”ummati..ummati..ummati...

Kontradiksi

Oleh: Nini Wahyuni

Dia mempunyai dan tak mempunyai. Dia raja dan tidak raja. Dia berkuasa dan tidak berkuasa. Dia lelah, dan tidak lelah. Dia tua dan tidak tua. Itulah Umar bin Khattab. Hobinya berjalan dikegelapan malam yang senyap untuk meyakinkan bahwa tak ada satupun rakyat yang menderita diatas kepemimpinannya. Tak hanya kesejahteraan manusia sebagai jaminan, bahkan binatang pun tak luput dari perhatiannya. Ketika suatu malam dia berjalan dengan sahabatnya Aslam, terdengarlah sebuah dialog antara seorang ibu penjual susu dengan anak perempuannya. Si ibu meminta agar anaknya mencampur susu dengan air biasa. Tapi dengan bijak si Anak berkata bahwa Amirul mukminin telah melarang untuk mencampur susu dengan air biasa. Tak goyah, si ibu terus meminta dan berkata “ lakukanlah, bukankah saat ini kamu berada ditempat yang tak mungkin terlihat oleh Umar? Dengan santun si anak menjawab, “aku tidak mungkin menta’ati Amirul mukminin disaat ramai dan mendurhakainya disaaat sepi.” Itulah miskin dan tidak miskin. Itulah sulit dan tidak sulit. Itulah sempit dan tidak sempit. Itulah goyah dan tidak goyah. Itulah biasa dan tidak biasa. Kelak dari rahim wanita jujur itu lahirlah Umar bin Abul Aziz yang terkenal dengan Keadilan dan Kebesarannya.

Munafik

Oleh Nini Wahyuni

Bumi terus berputar. Zaman kemudian berganti. Dan peradaban manusiapun terus berubah. Berkely bertitah ilmu adalah tipuan belaka. Sesungguhnya dunia itu tipuan. Maka tiadalah aku mempunyai ilmu kecuali tipuan belaka. Kembali setan-setan berbicara dan berandil besar dikehidupan manusia. Dunia semakin gila. Keseimbangan terus goyah, berebut saling mendominasi siapa yang akan menjadi pemenang. Yang benar terpaksa disalahkan. Yang salah menjadi pembenaran. Yang ingin maju harus menipu. Yang ingin selamat harus bermulut manis. Yang ingin pintar harus banyak uang. Yang ingin dapat kerja harus punya koneksi. Yang ingin posisi bagus harus pandai menjilat. Yang ingin kaya harus pandai korupsi. Yang berkuasa harus pintar obral janji-janji. Tak apa hati didalam seperti setan, asalkan penampakan bagaikan malaikat yang tanpa dosa. Tak apa, akhlak begitu buruk, yang penting topeng kebaikan selalu menjadi jargon. Itulah sebenar-benarnya, malapetaka yang berkembang. Tak ada rasa malu. Semua terkikis habis.

Paralogis

Oleh: Nini Wahyuni

Aneh, nenek tua itu harus meringkuk dipenjara selama 15 hari karena 3 butir kakao yang dipetik dari sebuah perkebunan swasta yang luasnya 200 hektar. Apalah arti 3 butir kakao? Toh itupun tidak untuk dimakan, hanya diambil sebagai bibit untuk menanam tanaman baru. Tapi yang namanya mencuri, tetap saja mencuri. Tidak ada kata ampun. Wanita tua dari kampung terpencil itupun akhirnya mencicipi dunia dari terali besi. Di sisi lain, ada maling berdasi yang sedang berwisata kuliner, have fun dan mungkin menikmati segelas minuman dingin sambil berjemur dipantai yang indah. Uang yang dicuri tidak 1 juta atau dua juta, tapi lebih dari miliayaran rupiah bahkan triliunan. Kalo ditukarkan dalam bentuk kakao, mungkin pulau Jawa akan jadi lautan kakao. Perbuatan si maling berdasi tidak hanya mencekik kas negara, tapi juga membunuh jutaan manusia tak berdosa. Namun, tak ada yang bisa menyentuh kekejaman itu. Bukti-bukti nyata didepan mata saja, bertekuk lutut dan hanya akan menjadi buku museum yang siap untuk diabadikan. Hukum yang tak bisa menghukum. Kuasa yang tidak bisa berkuasa. Realitas yang tidak realitas. Adil yang bukan adil. Benar yang salah. Salah yang benar. Ah, benar-benar rumit.

Antinomi

By: Nini Wahyuni

Apalagi ini. Perdebatan panjang tak berkesudahan. Antara harus dilaksanakan dengan dihapuskan. Semua mengkaji, menganalisa, meneliti, tapi kok lama. Dan tetap mengambang, tidak ada keputusan. Diknas bingung, kepala sekolah bingung, guru bingung, orangtua bingung, siswa-siswa ikut-ikutan bingung. Banyak yang meminta UN dihilangkan saja dari pendidikan. Toh, tak mungkinlah ujian disamaratakan. Gizi saja berbeda. SDM berbeda. Fasilitas berbeda. Mutu berbeda. Metode berbeda. Sasaran berbeda. Target berbeda. Dana berbeda. Kualitas juga berbeda. Jika disamaratakan yang kalah jelas kalah, yang menang terus menang. Yang naik semakin naik yang turun semakin turun. Yang lulus bersorak hati, sambil mencoret-coret baju dan konvoi dijalanan. Yang tak lulus mengikutuki diri sambil bergegas mengakhiri hidup karena malu. Ini awal sekaligus akhir. Akhir menjadi awal. Susah yang tidak susah. Senang yang tidak senang. Rumit yang tidak rumit. Ada yang dan yang tidak ada. Mungkin yang tidak mungkin. Persoalalan yang terus jadi persoalan. Luas yang sempit dan sempit yang luas. Ah, benar-benar membingungkan.

Anomali

By: Nini Wahyuni

Setelah berjalan cukup jauh, akupun kembali berkaca pada cermin. Mencari sosok aku yang selama bertahun-tahun telah menginjakkan diri di planet yang bernama bumi. Kupandangi terus, wajah yang tak asing. Oh..ternyata dia disana. Seorang sarjana tapi pengangguran. Seorang mahasiswa tapi tidak berpikir kritis. Sebagai seorang akademis tapi tidak aktif. Sebagai manusia yang hidup dilingkungan sosial tapi belum berdaya guna. Sebagai anak belum bisa berbakti dan meringankan beban orang tua. Sebagai orang dewasa yang masih mengemis setiap bulannya. Sudah seperempat abad tapi masih terlihat seperti kanak-kanak. Tau salah, tetap saja melakukan kesalahan. Tau benar, tapi tak konsisten. Tau baik tapi tidak istiqomah. Tau sabar tapi terus berkeluh kesah. Tau ikhlas tapi terus mengumpat. Tau senang malah bikin susah. Tau pahala malah bikin dosa. Tau tak boleh malah dilakukan. Sadar kiamat tapi masih berleha-leha. Semoga masih ada jalan kebaikan. Rabbana dzolamna, anfusana wa illam taghfirlana, warhamna, lanakunanna minal khasirin. Ampunilah hamba Rabb.

Filsafati Diri

Oleh Nini Wahyuni

Sunyi itu bernama senyap,
Dikala kontradiksi bermain dengan hati,
Bayang-bayang terasa ada dan mungkin ada,
Membentuk ambivalensi yang kemudian tak bermakna,
Jika malam bertanya pada bintang,
Ada dilema yang tak mungkin diketahui matahari,
Seketika sebuah anomali terukir dari kata-kata yang bermain cantik,
Dan kemunafikanpun lahir menjadi jasad bagi ruh yang hidup,
Sebentuk ontologi diri mencari-cari letak kesalahan tertinggi,
Berharap menemukan awal bertemu dengan akhir,
Ternyata ruang dan waktulah yang menjadi black-hole Diraja,
Dimana letak kebenaran itu relativ pada sebuah keabsolutan.
Itulah sebenar-benar keraguan,
Kebingungan pada panglima yang ternyata kata.
Maka sudahi saja semua,
Dengan penutup cukup.

Monday, January 18, 2010

Means of Local Genious: Elegi Kuda Lumping Bangsaku

Means of Local Genious: Elegi Kuda Lumping Bangsaku

Means of Local Genious: Elegi Menonton Pakar Pendidikan Bingung

Means of Local Genious: Elegi Menonton Pakar Pendidikan Bingung

Means of Local Genious: Elegi Tarian Lenggang

Means of Local Genious: Elegi Tarian Lenggang

Means of Local Genious: Elegi Menakar Bilangan Seperduapuluh

Means of Local Genious: Elegi Menakar Bilangan Seperduapuluh

Means of Local Genious: Elegi Menangkap Pedagang Bangsa

Means of Local Genious: Elegi Menangkap Pedagang Bangsa

Means of Local Genious: Bahan Ujian Semester Filsafat 2009/2010: Elegi Menangkap Anomali

Means of Local Genious: Bahan Ujian Semester Filsafat 2009/2010: Elegi Menangkap Anomali

Saturday, January 09, 2010

Money Magnet

Money magnet merupakan istilah untuk mengungkapkan bahwa bagaimana uang mampu menarik uang-uang yang lainnya. Biasanya semakin besar penghasilan seseorang, maka semakin konsumtiflah ia. Uang hanya menjadi sebuah septictank project alias uang hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan lambung yang nantinya hanya akan berakhir di sebuah ruangan yang bernama WC.

Idealnya, uang haruslah produktif. Maksudnya, bagaimana uang tidak hanya sebagai benda mati yang dicari dan digunakan untuk sekedar memenuhi kebutuhan. Tapi harus lebih dari itu. Uang harus mampu bekerja dan menghasilkan uang-uang yang lainnya.
Bagaimana caranya??? Jawabannya adalah Investasi.

Sisihkan 1/3 dari penghasilan yang dimiliki untuk berinvestasi. Ini juga yang ternyata diwasiatkan oleh Umar bin khatab. Umar ra memiliki 70.000 properti. Umar ra selalu menganjurkan kepada para pejabatnya untuk tidak menghabiskan gajinya untuk dikonsumsi. Melainkan disisakan untuk membeli properti. Agar uang mereka tidak habis hanya untuk dimakan.

Semakin kecil penghasilan seseorang, seharusnya semakin besar investasinya. Sebagai contoh, ada seorang tukang becak yang menyisihkan 1/3 pengahasilannya untuk ditabung. Lama kelamaan, tabungan tadi bisa membeli sebuah becak yang baru. Dan becak ini kemudian disewakan. Sehingga, uang yang dimiliki oleh si tukang becak tadi sudah berbuah menjadi uang lagi.

Sulit memang, terkadang semakin besar penghasilan maka semakin besar pula kebutuhan. Padahal kebutuhan-kebutuhan tadi hanya sekedar tuntutan yang tak penting untuk dipenuhi. Ada sebuah contoh kasus antara pedagang keturunan cina dengan pribumi. Disuatu tempat, ada seorang pedagang ketrurunan cina yang memiliki modal seadanya. Setiap hari orang Cina ini hanya makan bubur dan sayur bayam. Hidup sederhana dan selalu menyisihkan pengahasilannya untuk ditabung. Lama kelamaan, usahanya berkembang. Namun dia tetap hidup sederhana dan mengkonsumsi makanan yang sama.
Ditempat lain, ada juga pribumi yang memulai usaha dengan modal yang sama. Kemudian, usahanya pun mulai berkembang. Namun,seiring dengan perkembangan tersebut terjadi pula perubahan. Rumah yang tadinya sederhana, sekarang mulai dihiasi oleh berbagai macam benda mewah seperti dari Radio, TV, kulkas, sepeda motor bahkan istri pun bertambah.

Tidak ada yang disalahkan dari 2 perbedaan tadi, hanya saja dari 2 kasus tersebut terlihat sekali perbedaan yang sangat signifikan. Yang satu tetap memilih hidup secukupnya walaupun usahanya sudah berkembang, sedangkan yang satu lagi ketika penghasilan bertambah maka kebutuhannya ikut bertambah. Sebenarnya bukan kebutuhan, tapi lebih tepatnya adalah keinginan. Dan keinginan akan terus menuntut keinginan-keinginan yang lainnya yang tidak akan pernah habis.

Tentu untuk merubah tabiat yang konsumtif tidaklah mudah. Apalagi bangsa ini sudah terkenal dengan tabiat konsumtifnya. Tapi jika ada keinginan, maka sifat buruk ini bisa dicegah. Caranya yaitu dengan Memaksa diri keluar dari kebiasaan tersebut. Mulailah membatasi konsumsi dan keinginan.

Dalam Islam, ada bentuk investasi yang bernilai lebih tinggi, yakni Zakat. Dalam surat Al-Baqarah ayat 261 dikatakan bahwa, “ Perumpamaan orang yang yang menginfakkan hartanya dijalan ALLAH seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. ALLAH melipatkan gandakann bagi siapa yang DIA kehendaki, dan ALLAH Maha Luas, Maha Mengetahui.” Subhanallah, inilah investasi yang amat luar biasa dari ALLAH. Disini terlihat bagaimana investasi kebaikan melahirkan kebaikan-kebaikan yang jumlahnya tak hingga. Sungguh luar biasa...

Intinya, mari jadikan uang atau penghasilan yang kita miliki menjadi produktif. Jangan biarkan kita bekerja untuk uang, tapi biarkan uang yang bekerja untuk kita. Caranya sangat mudah yaitu dengan investasi. Dan investasi ini jangan hanya memiliki tujuan jangka pendek, tapi perluaslah menjadi tujuan jangka panjang.
( Inspired by: Zainal Abidin “The Power of Life”)

Jalan Pintas Menuju Sukses yang Besar

Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti menginginkan sukses, sukses dalam karier, pekerjaan, rumah tangga, organisasi, study, lingkungan sosial, masyarakat dan lain-lain sebagainya. Banyak yang berpikir bahwa untuk mencapai kesuksesan itu sangat sulit. Namun walaupun sulit, kesuksesan itu sangat mungkin untuk diraih. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencapai kesuksesan dengan jalan pintas:

1.Lakukan suatu hal yang dicintai & Cintai apa yang dilakukan.
Setiap orang pasti mempunyai kemampuan dan keunggulan dibidangnya masing-masing. Maka pilihlah untuk mencintai sesuatu hal/kegiatan/profesi tersebut. Jika rasa itu belum muncul maka tumbuhkan cinta itu. Karena perasaan cinta akan membuat kita mampu melakukan yang terbaik. Setiap pagi secara sadar katakanlah bahwa “Saya bahagia atas apa yang diberikan Tuhan kepada saya” dan kemudian fokuslah dengan hal-hal yang akan diraih. Suatu ketika pemain basket terkenal “Michael Jordan” diwawancara oleh para wartawan. Seorang wartawan mengatakan padanya bahwa “Anda sangat beruntung karena dilahirkan dengan kemampuan yang luar biasa”. Kemudian Michael Jordan menjawab “setiap orang memiliki kemampuan, tapi kerja keraslah yang menentukan kesuksesannya”. Sama halnya dengan mencintai, maka ia juga butuh kerja keras dan butuh latihan. Maka berlatihlah setiap hari untuk mencintai pekerjaaan kita, karena cinta akan mempengaruhi tindakan.

2.Lakukan hal-hal yang betul-betul diinginkan.
Tanyakan pada diri tentang apa mimpi-mimpi yang ingin diraih. Kemudian, tentukan langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapainya. Caranya adalah dengan:

•Tentukan secara tepat apa yang kita inginkan, seperti masalah karier, jodoh, cita-cita dan lain sebagainya. Susunlah keinginan-keinginan tersebut secara spesifik/ detail.

•Tuliskanlah mimpi-mimpi atau keinginan tersebut. Mimpi-mimpi yang dituliskan akan menjadi cita-cita yang kelak mempengaruhi tindakan seseorang untuk mewujudkannya. Kemudian ceritakan tulisan tersebut kepada orang-orang terdekat. Tujuannya adalah untuk mengingatkan kita tentang mimpi-mimpi tersebut.

•Berikan batas waktu dalam meraih impian. Pada dasarnya fikirkan bawah sadar kita, senang dengan tenggat waktu. Jika kita membuat tenggat waktu untuk meraih mimpi-mimpi tersebut maka kerja akan lebih fokus. Menurut Hendry Ford: “tujuan apapun dan sebesar apapun akan didapatkan jika dipecahkan dalam tahapan-tahapan.”

•Datalah apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan tadi. Ketika terfikir suatu hal yang baru maka tuliskan. Semakin banyak langkah-langkah yang dituliskan untuk meraih impian-impian, maka akan semakin dekat dalam pencapaiannya. Berkomitmenlah untuk mencegah hal-hal yang akan mematikan semangat dalam meraih impian-impian tersebut.

•Lakukan sesuatu kegiatan apapun setiap hari yang bisa mendekatkan Anda dengan tujuan Anda. Dan disiplinkan diri untuk mencapai tujuan tersebut.

Dua jalan pintas diatas jika dilakukan dengan komitmen dan kesungguhan, maka kesuksesan akan datang dengan sendirinya.

( Menyampaikan kembali dari Nikma Nursyam “ The Power of Life” )

Rindu

By: Opick

Ada tiada rasa dalam jiwa
Rindu akan memanggilMu
Karena setiap jiwa tlah bersumpah
Setia hanyalah kepadaMu
Bila cinta ada didalam jiwa
Wangi bunga dunia tanpa nestapa
Sgala yang dirasa hanyalah Dia
Hati kan memuja hanya padaNya
Ketika cinta memanggil gemetar tubuhku
Ketika cinta memanggil hangatnya nafasku
Ketika cinta memanggil menderu sang rindu
Ketika cinta memanggil ...
Rindu... rindu... rindu... kalbu
Memanggil-manggil namaMu
Seperti terbang di langitMu
Tenggelam dilautan cintaMu

Berpadu kalbu dan rindu
Melebur menjadi satu
Bagaikan mengalir diiringi pelangi
Ketika cinta memanggil....

MANUSIA YANG KOOPERATIF

Kenapa ALLAH menciptakan Hawa? Tentu saja untuk menemani Adam. Karena ALLAH tahu bahwa Adam adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, dia butuh teman, butuh partner, dan butuh bekerjasama untuk mengarungi kehidupan di dunia ini. Sama halnya dengan Adam, maka kita juga memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya. Meskipun hebat, pintar, mandiri dan bisa segalanya, tapi tetap kita membutuhkan orang lain. Ada beberapa keutamaan dari bekerja sama:

1.Akan timbul potensi yang luar biasa
Ada kisah antara si buntung dan si buta. Mereka sama-sama memiliki kekurangan. Namun ketika bekerjasama, mereka mampu mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan potensi kaki yang dimiliki oleh si buta maka dia menggendong si buntung, dan dengan potensi matanya, si buntung menjadi navigator si buta sehingga mereka mampu mencapai tujuan dan dengan waktu yang lebih cepat. Meskipun kita hanya memiliki kapabilitas yang sederhana, namun ketika kita bekerjasama maka akan muncul potensi yang luar biasa.

2.Akan membuat lebih kuat
Rasulullah SAW bersabda: “ Kalian harus berjamaah karena serigala tidak akan bisa menerkam sekumpulan domba”
Islam mengajarkan kita untuk hidup berjamaah. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk sholat berjamaah di Mesjid. Karena dengan berjamaah, kita bisa mengenal satu dengan yang lainnya. Kita mampu memperluas hubungan sosial, menjadi lebih dekat dan tentunya akan lebih kuat.
Sebagai contoh, burung pipit dan burung garuda yang memiliki fisik yang jauh berbeda. Pada masa tertentu, burung pasti akan melakukan migrasi kesuatu tempat. Burung pipit biasanya tidak melalukan proses migrasi ini sendiri-sendiri karena mereka sadar dengan fisik yang lemah sehingga mereka merasa butuh bekerjasama. Kebersamaan membuat mereka kuat bahkan mampu melintasi antar benua. Sedangkan burung garuda yang kuat, lebih memilih melakukannya sendiri, namun dalam waktu 10-20 menit dia akan berhenti karena lelah. Dan tentunya agak sulit mencapai tujuan dengan lebih cepat. Jadi meskipun kita lemah atau bodoh, namun jika kita mau bekerjasama dan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki oleh orang lain maka kita akan menjadi lebih kuat.

Ada beberapa sebab kenapa banyak orang yang tidak mau bekerjasama:

1.Karena memiliki watak introvert.
Pola pengembangan watak di Indonesia cenderung introvert. Biasanya orangtua sering memarahi anak yang banyak bertanya, terlalu aktif dan atraktif dan melakukan hal yang macam-macam. Sehingga terkadang potensi-potensi yang ada menjadi terkubur, dan kalaupun ingin mengembangkannya harus sendiri. Tentunya watak introvert inilah yang harus dihilangkan agar kita mampu lebih ekspresif.

2.Karena merasa diri sudah hebat dan mampu melakukan semuanya sendiri. Padahal sehebat apapun kita tetap butuh bantuan orang lain. Sekaya-kaya apapun orang kaya, maka dia pasti membutuhkan tukang sampah yang mungkin hidup semiskin-miskinnya. Jadi tetap seorang tukang sampah memiliki kontribusi besar dalam kehidupan orang kaya tadi.

Cara-cara bekerjasama:

1.Hargai potensi orang lain.
Selemah dan sebodoh apapun orang lain, maka dia pasti memiliki potensi. Karena ALLAH menciptakan manusia dengan potensi masing-masing. Misalnya dalam sebuah perusahaan, pekerjaan sebagai OB-pun harusnya sangat dihargai. Karena tanpa keberadaan mereka, maka pasti akan terjadi kekacauan. Rasulullah SAW sangat menghargai keberadaan orang-orang yang ada disekitarnya. Salah satu contoh, walaupun Rasulullah adalah seorang guru yang mengajar tanpa lelah siang dan malam, tapi beliau tidak pernah memanggil objek yang diajarnya sebagai murid tapi beliau memanggilnya dengan kata sahabat. Subhanallah, begitu besar penghargaan beliau terhadap orang lain.

2.Tumbuhkan perasaaan bahwa kita butuh dengan orang lain.
3.Ta’aruf atau mengenal dengan sebenarnya rekan/ partner kita.
4.Tsiqoh / Trust. Beri kepercayaan kepada rekan/ partner yang ada disekililing kita. Jikapun seandainya mereka memiliki kesalahan, maka perbaiki dan ajari cara yang benarnya. Sekaranga ini kejujuran dan kepercayaan amatlah penting. Bahkan diperusahaan apapun pastilah mencari orang-orang yang bisa dipercaya/ jujur. Maka kita bisa memulai untuk mempercayai sebelum kita dipercayai oleh orang lain.
Hidup di dunia ini hanyalah sementara saja. Maka dia tidak akan bermakna jika kita hanya menghabiskannya untuk diri kita sendiri. Sendiri hanya akan membuat kita lemah, sedih, kesepian, dan menderita. Maka hiduplah berjamaah. Karena berjamaah akan membuat kita bahagia dan tentunya membuat hidup lebih hidup^_^

( Menceritakan kemabali dari ustadz Boby Heriwibowo “ The Power of Life” )

KESETIAAN

Masih adakah kesetiaan tersisa dibumi ini? Mungkin ada, tapi jumlahnya amat sangat sedikit mungkin 1:1000, ato 1:100000, atau 1:1000000, dst. Tapi semoga yang satu itu tersisa untukku.^_^

Berbicara tentang kesetian, aku jadi ingat pada seorang teman yang saat ini tengah menjalani co-as di sebuah rumah sakit di Jakarta. Dia pernah bercerita dan ceritanya lebih kurang seperti ini, ada seorang Bapak yang harus bolak balik ke Rumah Sakit karena istrinya tengah terbaring lemah disana. Si Bapak tetap setia menanti dan menemani istrinya tersebut. Si Bapak mengatakan bahwa dia mencintai istrinya baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit. Cintanya tidak akan luntur hanya karena si istri tidak bisa melayaninya karena harus berjuang melawan penyakit. Bapak itu juga tidak bisa mengabaikan begitu saja belahan jiwa yang selama ini selalu setia mendampinginya dalam suka dan duka.

Aku dan temanku sangat kagum dengan kesetian Bapak itu. Padahal diluar sana, jangankan dalam keadaan sakit, dalam keadaan sehat wal afiat dan aman sentosa sekalipun, banyak laki-laki yang meninggalkan istrinya dan memilih berada diperaduan wanita lain. Tapi sudahlah, setiap orang punya pilihan dan mereka punya alasan dari setiap pilihan tersebut.

Kemudian aku juga mendapatkan sebuah cerita dari teman yang berbeda. Saat itu ada seorang laki-laki yang mengajaknya untuk menikah. Laki-laki itu berwajah cukup lumayan, dan dari lingkungan yang baik pula. Tapi temanku menolaknya. Kenapa? Karena ternyata laki-laki yang merasa berwajah tampan itu, punya keinginan yang agak sulit diterima oleh wanita manapun yakni sedari awal dia sudah berniat untuk poligami. Jujur aku mengkategorikan dia sebagai laki-laki yang “berani” karena laki-laki itu masih kuliah, belum bekerja, belum memiliki apa-apa, tapi sudah punya cita-cita untuk poligami. Bagus, berarti dia punya nyali! Pantas temanku langsung mundur...
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan poligaminya. Toh, agama juga memberikan izin untuk melakukannya. Syaratnya pun cuma satu yaitu adil. Adil yang menurut sebagian orang sangat mudah melakukannya. Tapi menurutku, tidak ada lagi manusia yang adil di dunia ini selain Rasulullah dan para sahabat.

Dua laki-laki yang berbeda, dengan dua pilihan yang berbeda. Yang satu setia dengan satu pasangan, yang lainnya memilih untuk hidup dengan dua, tiga atau empat “co-pilot” sekaligus. Tapi yah..lagi-lagi itu masalah pilihan. Setiap orang berhak untuk memilih dan setiap pilihan punya alasannya masing-masing.

Jadi kesimpulannya?

Hmmm...jika kita ingin sebuah kesetiaan, maka belajarlah untuk menjadi orang yang setia terlebih dahulu.