Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Thursday, January 21, 2010

Sebuah Renungan

oleh Nini Wahyuni

Salah satu tujuan dari sebuah perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan. Dan seorang wanita akan merasa hidupnya lengkap ketika dia bisa melahirkan seorang anak. Ada yang beruntung bisa mudah mendapatkan keturunan, namun ada juga yang harus bersabar dan ikhlas ketika permata hati tak kunjung datang. Walaupun ada yang sadar bahwa anak adalah harta yang tak ternilai harganya dan merupakan titipan dari sang pencipta yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya, banyak juga yang ternyata tega menelantarkan kehidupan seorang anak.

Mungkin terlalu na’if jika aku memberikan penilaian yang subjektif. Karena aku yakin semua orang punya pilihan, dan setiap pilihan selalu mempunyai alasan. Sedikit banyak aku bisa mengerti bahwa tuntutan hidup terkadang membuat both of husband and wife have to go work. Namun, yang agak membuat dahiku berkerut adalah, ada seorang ibu yang tidak bekerja and most of her days just for stay at home, menyerahkan pengasuhan buah hatinya kepada baby sitter. Memang tidak ada masalah. Tapi ketika waktu si anak lebih banyak dihabiskan bersama baby sitter ketimbang dengan ibunya yang sama-sama memiliki waktu yang sama dengan pengasuhnya tadi, I think it’s a big problem!

Lagi-lagi, mungkin terlalu na’if jika aku memberikan penilaian. Karena pertama masing-masing kehidupan orang berbeda-beda, dan yang kedua aku sendiri belum pernah mencicipi bagaimana rasanya berumah tangga apalagi punya anak jadi rasanya penilaianku akan sangat dangkal, hanya sesuai dengan apa yang kulihat, dengar dan rasakan. Tentulah sangat subjektif.

Entah kenapa, terbersit rasa iba dihatiku ketika melihat mereka. Dua anak yang lucu-lucu, tanpa dosa. Aku membayangkan akan seperti apa jika mereka besar kelak? Islam mengatakan bahwa seorang ibu adalah madrasah pertama dan sebuah karakter anak terbentuk pertama kalinya dari seorang Ibu. Apa jadinya jika seorang anak dibesarkan oleh seorang baby sitter yang tidak sempat mengenyam pendidikan? Dan pembelajaran akhlak seperti apa yang bisa diberikan? Serta seberapa mampukah ia membangun kepribadian anak tadi hingga bisa menjadi manusia yang unggul nantinya?

Aku tidak bermaksud merendahkan pekerjaan sebagai seorang baby sitter, karena keberadaan mereka amat sangat dibutuhkan. Selain itu jasa-jasa mereka pun kadang tak bisa dinilai dengan uang. Tapi tetap, sepintar dan sehebat apapun seorang baby sitter, menurutku seorang anak sangat membutuhkan kasih sayang, perhatian, belalaian lembut dari Ibunya. Seorang anak butuh perlindungan. Seorang anak butuh diajarkan untuk mengenal siapa Tuhannya. Seorang anak butuh diajarkan tentang ilmu pengetahuan. Seorang anak butuh persiapan untuk mengahadapi dunia luar yang penuh tantangan dan rintangan yang dahsyat. Yah, seorang anak membutuhkan sosok seorang Ibu.

Aku sadar, penjabaranku mungkin terlalu teoritis dan tentunya tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi mewujudkannya dalam sebuah aplikasi. Dan terkadang, idealisme berbenturan dengan realita yang ada, bahkan harus bertekuk lutut dan mengaku kalah. That’s life!!

Intinya:

Love ur children..., whereever u are and whatever u do!!! Bukankah untuk menghadirkannya kedunia butuh pertarungan antara hidup dan mati? So, kenapa disia-siakan?

No comments:

Post a Comment