Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Saturday, January 09, 2010

Money Magnet

Money magnet merupakan istilah untuk mengungkapkan bahwa bagaimana uang mampu menarik uang-uang yang lainnya. Biasanya semakin besar penghasilan seseorang, maka semakin konsumtiflah ia. Uang hanya menjadi sebuah septictank project alias uang hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan lambung yang nantinya hanya akan berakhir di sebuah ruangan yang bernama WC.

Idealnya, uang haruslah produktif. Maksudnya, bagaimana uang tidak hanya sebagai benda mati yang dicari dan digunakan untuk sekedar memenuhi kebutuhan. Tapi harus lebih dari itu. Uang harus mampu bekerja dan menghasilkan uang-uang yang lainnya.
Bagaimana caranya??? Jawabannya adalah Investasi.

Sisihkan 1/3 dari penghasilan yang dimiliki untuk berinvestasi. Ini juga yang ternyata diwasiatkan oleh Umar bin khatab. Umar ra memiliki 70.000 properti. Umar ra selalu menganjurkan kepada para pejabatnya untuk tidak menghabiskan gajinya untuk dikonsumsi. Melainkan disisakan untuk membeli properti. Agar uang mereka tidak habis hanya untuk dimakan.

Semakin kecil penghasilan seseorang, seharusnya semakin besar investasinya. Sebagai contoh, ada seorang tukang becak yang menyisihkan 1/3 pengahasilannya untuk ditabung. Lama kelamaan, tabungan tadi bisa membeli sebuah becak yang baru. Dan becak ini kemudian disewakan. Sehingga, uang yang dimiliki oleh si tukang becak tadi sudah berbuah menjadi uang lagi.

Sulit memang, terkadang semakin besar penghasilan maka semakin besar pula kebutuhan. Padahal kebutuhan-kebutuhan tadi hanya sekedar tuntutan yang tak penting untuk dipenuhi. Ada sebuah contoh kasus antara pedagang keturunan cina dengan pribumi. Disuatu tempat, ada seorang pedagang ketrurunan cina yang memiliki modal seadanya. Setiap hari orang Cina ini hanya makan bubur dan sayur bayam. Hidup sederhana dan selalu menyisihkan pengahasilannya untuk ditabung. Lama kelamaan, usahanya berkembang. Namun dia tetap hidup sederhana dan mengkonsumsi makanan yang sama.
Ditempat lain, ada juga pribumi yang memulai usaha dengan modal yang sama. Kemudian, usahanya pun mulai berkembang. Namun,seiring dengan perkembangan tersebut terjadi pula perubahan. Rumah yang tadinya sederhana, sekarang mulai dihiasi oleh berbagai macam benda mewah seperti dari Radio, TV, kulkas, sepeda motor bahkan istri pun bertambah.

Tidak ada yang disalahkan dari 2 perbedaan tadi, hanya saja dari 2 kasus tersebut terlihat sekali perbedaan yang sangat signifikan. Yang satu tetap memilih hidup secukupnya walaupun usahanya sudah berkembang, sedangkan yang satu lagi ketika penghasilan bertambah maka kebutuhannya ikut bertambah. Sebenarnya bukan kebutuhan, tapi lebih tepatnya adalah keinginan. Dan keinginan akan terus menuntut keinginan-keinginan yang lainnya yang tidak akan pernah habis.

Tentu untuk merubah tabiat yang konsumtif tidaklah mudah. Apalagi bangsa ini sudah terkenal dengan tabiat konsumtifnya. Tapi jika ada keinginan, maka sifat buruk ini bisa dicegah. Caranya yaitu dengan Memaksa diri keluar dari kebiasaan tersebut. Mulailah membatasi konsumsi dan keinginan.

Dalam Islam, ada bentuk investasi yang bernilai lebih tinggi, yakni Zakat. Dalam surat Al-Baqarah ayat 261 dikatakan bahwa, “ Perumpamaan orang yang yang menginfakkan hartanya dijalan ALLAH seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. ALLAH melipatkan gandakann bagi siapa yang DIA kehendaki, dan ALLAH Maha Luas, Maha Mengetahui.” Subhanallah, inilah investasi yang amat luar biasa dari ALLAH. Disini terlihat bagaimana investasi kebaikan melahirkan kebaikan-kebaikan yang jumlahnya tak hingga. Sungguh luar biasa...

Intinya, mari jadikan uang atau penghasilan yang kita miliki menjadi produktif. Jangan biarkan kita bekerja untuk uang, tapi biarkan uang yang bekerja untuk kita. Caranya sangat mudah yaitu dengan investasi. Dan investasi ini jangan hanya memiliki tujuan jangka pendek, tapi perluaslah menjadi tujuan jangka panjang.
( Inspired by: Zainal Abidin “The Power of Life”)

No comments:

Post a Comment