Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Saturday, June 19, 2010

1:3

Sore ini aku bersama seorang temanku ikut sebuah kajian sore. Karena jumlah peserta cukup banyak sedangkan quota kursi terbatas, maka kami harus berlapang dada untuk duduk diluar ruangan. Ya, ini juga resiko dari sebuah keterlambatan. Dari luar, suara ustadz terdengar sayup-sayup sampai. Lebih banyak sayupnya seh..daripada sampainya.^_^

Topik yang disampaikan sebenarnya cukup menarik. Namun sayang karena tidak mengikuti dari awal, kamipun agak tidak mengerti alurnya. Ketika para peserta sibuk mendengar dan mencatat kajian, aku sibuk memperhatikan lalu lalang orang didepanku sambil sesekali melongokan kepala untuk mencari tahu sudah sampai dimana kajian berada.
Ketika aku sibuk dengan lamunanku, teman yang duduk disebelahku tiba-tiba membisikan sesuatu; ”Lihatlah, begitu banyak jumlah akhwat, jauh melebihi jumlah ikhwan. Jika dilakukan perbandingan, maka jumlahnya diperkirakan 1:3.”

Akupun mengaminkan pendapat temanku tersebut. Yah…memang, jumlah kaum Hawa kini bertambah banyak saja, jauh melebihi jumlah kaum Adam. Mungkin ini tanda-tanda kiamat itu memang sudah dekat.

Pembicaraan kami terus berlanjut. Kali ini sampai merambah dunia pernikahan. Intinya, bagaimanapun kedepannya seorang wanita harus lebih banyak bersabar dan bijak. Sabar menunggu datangnya jodoh (tentu setelah melakukan ikhtiar) dan bijak ketika yang datang ternyata diluar keinginan. Belum lagi, wanita juga harus berlapang dada jika kelak ada seorang perempuan yang harus “diselamatkan” oleh suaminya. Dan wanita harus siap-siap membagi setengah perahunya untuk wanita lain.

Aku merenung sejenak. Sangat dilematis memang. Aku yakin, tak ada seorang wanita pun yang mau dimadu. Namun, kelembutan dan ketegaran hati seorang wanita terkadang membuatnya tidak tega membiarkan wanita lain hidup sendiri kesepian sehingga akhirnya dia harus merelakan sesuatu yang ingin dia miliki secara utuh.

Aku flash back sejenak. Beberapa waktu yang lalu seorang senior di tempat kerja ku dulu menawarkan seseorang untukku. Aku berterima kasih atas niat baiknya, namun aku menolak secara halus karena memang kondisinya tidak memungkinkan untuk saat ini. Dia kemudian memberikan nasehat yang panjang lebar… Intinya “jangan terlalu pilih-pilih dan menunda-nunda, nanti susah jodohnya…” Aku hanya tersenyum. Lebih tepatnya senyum kepahitan. Namun, aku terima nasehat itu karena aku tahu dia tak paham dengan konteks yang tengah kuhadapi saat ini.

Yah begitulah…

Memilih adalah suatu pilihan, dan wanita juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam memilih. Terbatasnya jumlah laki-laki, bukan berarti wanita harus menjadi takut untuk tidak mendapatkan pasangan. Keyakinan akan janji Tuhan bahwa setiap makhluk hidup dijadikan berpasang-pasangan, harusnya menghapus kekhawatiran. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang sahabatku, jika pun kehabiskan stok laki-laki di dunia ini, semoga ALLAH berkenan menggantikannya dengan yang terbaik di syurga-Nya. Amin.

No comments:

Post a Comment