Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Thursday, April 19, 2012

Terima Kasih, Ibu.

Baru tadi pagi, aku mengurai lembaran demi lembaran air mataku, saat wanita terkasih itu menelpon. Bahkan, aku tak kuasa menahan tangisan itu, meski suara dibalik telepon itu berkali-kali mengatakan "jangan menangis." Tapi apalah dayaku, aku hanya wanita yang memiliki rasa. Dan beliau juga seorang wanita, yang selalu hadir dengan cinta.

Terkadang aku tak mampu membaca, bahkan memahami sedikit saja keinginannya yang sangat sederhana. Aku sering memandang segala sesuatu dengan kacamata yang rumit, hingga mungkin aku sering menghadirkan kecewa dihatinya.

Dan itulah yang kurasakan. Dan itulah yang membuat air mataku tak mampu berhenti mengalir. Dan itulah mengapa, airmataku yang akhirnya membantu untuk berbicara.

Aku selalu mencoba lari dari kegalauanku, aku selalu mencoba lari dari permasalahan yang membuatku tak nyaman. Tapi kuakui lari bukanlah solusi, meski sesekali lari menjadi sesuatu yang membuatku bahagia karena bisa terbang bebas tanpa terbatas. Tapi, kini, kini bukanlah saatnya untuk lari, meski aku selalu ingin ada seseorang yang menggenggam tanganku dikala ketidaknyamanan itu hadir, meski aku selalu ingin ada sesorang yang mengatakan "jangan menyerah", meski.. meski... dan meski, tapi kenyataannya perjuangan itu hanyalah milikku sendiri.

Pada akhirnya, setiap manusia tak ada yang bisa berlepas dari permasalahan. Dan setiap manusia akan menyelesaikan masalahnya sendiri-sendiri. Jadi aku tak perlu berharap banyak pada manusia, dan aku harus mencoba untuk lebih menata langkah kakiku dan tidak terburu-buru untuk memilih untuk lari.

Malam ini baru kusadari, betapa bodohnya aku selama ini yang tidak mampu menterjemahkan arti cintanya. Betapa bodohnya aku selama ini yang tidak paham dengan sedikit saja keinginannya yang sederhana. Maafkan aku, Ibu.

Terimakasih telah mau menerima airmataku pagi ini.
Aku tahu, ibarat tanaman, aku masih sangatlah muda.
Meski matahari dan hujan menerpaku setiap hari,
tapi aku belumlah mampu melahirkan kedewasaan dan kebijaksaa

Terima kasih ibu,
karena selalu menyertaiku dalam bait-bait doamu yang panjang,
aku memang bukanlah yang terbaik, tapi akan selalu mencoba belajar menjadi lebih baik.

Terima kasih,
Ibu.

Flamboyan, 22:14

No comments:

Post a Comment