Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Saturday, March 06, 2010

Language


Bahasa merupakan alat komunikasi yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar bahasa itu sangat menarik, karena ketika kita belajar bahasa berarti kita juga belajar tentang budaya. Bahasa tak bisa dipisahkan dengan kehidupan social masyarakat, sehingga penggunaan bahasa itu sendiri sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin atau gender,kelas social, usia dan lain-lain.

Dilihat dari gender-nya, penggunaan bahasa antara laki-laki dan perempuan jelas berbeda. Laki-laki cenderung menggunakan logika sedangkan wanita menggunakan rasa. Hal ini sebenarnya sangatlah unik. Namun seperti kata John Gray dalam Men are from Mars and Women are from Venus, keberbedaan dalam penggunaan bahasa ini justru banyak menimbulkan konflik antar pasangan.

Dalam suatu kelas, salah seorang Profesor pernah memberikan studi kasus yang cukup menarik. Dimana ada sepasang pengantin baru yang berasal dari dua daerah yang berbeda. Sang suami berasal dari wilayah Timur tepatnya daerah Sulawesi dan si istri berasal dari Jawa. Nah, setiap pulang dari kantor sang istri selalu bertanya “ Kesel, Mas?”. Sang suami yang tak mengerti konteks atau makna kata “kesel” agak tersinggung dan menganggap pertanyaan itu bukanlah pertanyaan yang tepat ditanyakan kepada seorang suami yang baru pulang dari kantor. Tapi karena pengantin baru, sang suami mencoba sabar dan menjawab dengan kata “Tidak”.

Hari-hari berikutnya sepulang dari kantor, si istri selalu memberikan pertanyaan yang sama kepada sang suami “ Kesel Mas?”. Si suami pun terus menjawab “Tidak”. Sampai akhirnya, pada suatu ketika kesabaran sang suami pun habis. Ketika si istri kembali menanyakan pertanyaan yang sama, si suami menjadi murka dan marah kepada istrinya karena selalu bertanya apakah ia kesal, padahal ia merasa tidak pernah merasa kesal. Si istri bingung dengan kemarahan sang suami, karena si istri merasa tidak ada yang salah dengan pertanyaan itu.

Dalam bahasa Jawa, kata “kesel” bisa bermakna capek atau lelah. Jadi ketika sang istri mendapati sang suami merasa “kesel” sebagai wanita Jawa yang terkenal dengan kepatuhannya terhadap suami maka dia akan melakukan apa saja. Mulai dari memijit pundak atau kaki, menyediakan makanan dan minuman yang enak atau melakukan hal-hal yang bisa menyenangkan hati sang suami. Namun sayang, makna “kesel” itu sendiri dimaknai berbeda oleh suami. Kata “kesel” dimaknai sebagai perasaan kesal, marah atau tidak suka. Sehingga komunikasi antara mereka berdua menjadi tidak sinkron dan akhirnya terjadilah konflik itu.

Kasus di atas membuktikan bahwa bahasa sangat penting dalam komunikasi. Dengan belajar bahasa, diharapkan kita bisa belajar budaya dan toleransi, sehingga keberbedaan bukanlah menjadi factor lahirnya konflik perpecahan tapi menjadi sesuatu yang unik yang harus kita selami.

No comments:

Post a Comment