Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Friday, November 13, 2009

The Power of Optimist

Suntuk. Itu yang kurasakan pagi ini. Bosan melihat tumpukan kertas-kertas yang berserakan dikamarku. Aku butuh udara segar untuk melepaskan sesakku. Maka pagi ini aku keluar dan berjalan-jalan.

Tak ada tujuan yang jelas. Aku membiarkan kakiku melangkah menunju gang-gang sempit yang dipadati rumah penduduk. Aku terus melangkah melewati setiap sudut asing dan tak kukenal.Kubuang segala kegalauan, kuhilangkan semua kerisauan yang bersemayam dihatiku. Sejenak, aku ingin lepaskan semua, dan menjadi manusia bebas tanpa beban.

Tak sadar, langkah kaki membawaku ke kawasan kampus. Terlihat mahasiswa2 lalu lalang dengan kesibukan mereka masing-masing. Pffuh...alangkah melelahkan fikirku.

Tiba-tiba aku melihat objek menarik yang kini tengah berjalan di depanku. Seorang mahasiswi dengan jilbab birunya berjalan dengan langkah kaki yang berderap. Aku pandangi gadis itu. Sekilas terlihat biasa, tapi tongkat yang digengggamannya itulah yang membuat ia terlihat luar biasa.Tongkat itu diketuk-ketukkan ke jalan beraspal, menjadi pemandu setia saat melangkah. Tak ada kepesimisan, tubuh itu terlihat tegap dengan kepala terangkat.

Kemudian dari arah belakang, datang seseorang yang kemudian menggenggam telapak tangan gadis itu dan menggangandengnya dengan erat. Mereka saling tersenyum dan menyapa dengan hangat. Sehangat mentari pagi ini. Aku berfikir lagi, pastilah dia seorang teman atau sahabat gadis itu. Aku tersenyum, betapa indah pertemanan mereka.

Tak berapa lama, merekapun memutuskan untuk menyebrangi jalan, artinya objek itu akan hilang dari hadapanku. Aku terus melangkah, sehingga mendahului mereka berdua yang masih bersiap-siap untuk menyebrang. Sesaat aku menoleh ke arah gadis itu. Senyuman masih tersisa di bibirnya, namun kedua mata itu terkatup, dia tidak bisa melihat.

Subhanallah, betapa sempurnanya gadis itu dengan ketidaksempurnaannya. Betapa kekurangan indera penglihat tidak mematahkan semangatnya untuk duduk di bangku universitas.

Terimakasih Allah. Terimakasih atas semua ini. Aku sangat malu, malu akan ketidaksyukuranku.

Fa bi ayyi ala irrabbikuma tukadziban...

Karangmalang, 9 November 2009.

No comments:

Post a Comment