Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Wednesday, April 21, 2010

Be Happy by Giving


Weekend ini terasa sepi. Entah karena mahasiswa pada pulang kampung atau karena masih menikmati liburan dengan memperpanjang waktu tidur, yang jelas jalan yang tadinya dipenuhi oleh lalu lalang mahasiswa, kini benar-benar sepi. Tapi bagaimanapun kondisinya, aku tetap melangkah menuju perpustakaan untuk mencari beberapa bahan yang dibutuhkan. Sesekali aku melihat orang-orang tengah melakukan aktivitas pagi. Ada yang menyapu halaman, ada yang sedang berbincang-bincang, ada yang menggendong anak dan lain-lain.

Kekhusuyukan berjalan seketika terganggu oleh suara langkah kaki orang yang ada dibelakangku. Suara hak sepatunya yang membentur jalan, menimbulkan bunyi yang cukup keras. Tapi aku tak menoleh agar tidak menimbulkan kesan ketidaknyamanan. Ditengah perjalanan, tiba-tiba saja seorang laki-laki berjalan mendahuluiku. Oh, ternyata dialah orang yang sedari tadi ada dibelakangku. Sesaat kemudian laki-laki yang memakai baju koko berwarna putih, kopiah hitam, celana berwarna gelap dan sepatu yang biasa dikenakan oleh pekerja kantoran, menoleh kearahku dengan wajah memelas. Dia bertanya arah jalan yang tentu saja tidak terlalu kumengerti. Kami terus berjalan beriringan. Bibirnya tak berhenti bicara sambil mengatakan bahwa dia dari Cirebon dan datang ke Yogya karena ada keluarga dekatnya yang meninggal, namun malangnya dia kecopetan.

Sesaat aku dengarkan saja, sambil sesekali bertanya untuk mencari informasi lebih lanjut. Aneh saja dari stasiun Tugu tersesat hingga ke Gejayan yang jaraknya cukup jauh dan membutuhkan 2x berganti bis untuk bisa sampai disini. Seingatku dia muncul dari selokan Mataram yang tidak dilalui oleh bis. Keganjilan berikutnya muncul ketika dia meminta bantuan uang untuk ongkos pulang. Hmm...aku terus berfikir. Orang ini benar-benar dalam kesusahan atau ada maksud lain? Karena motif tersesat dan tak tau jalan ini sudah 3x kutemukan, biasanya lakonnya adalah ibu-ibu berusia baya.
Awalnya kita simpatik dan berusaha membantu. Tapi ternyata ini hanyalah sebuah tipuan, yah lebih tepatnya bentuk kreatif dari mengemis.

Dulu aku pernah membantu seorang Ibu yang katanya juga tersesat. Dia datang dari daerah yang cukup jauh untuk mencari anaknya. Saat itu dia meminta sejumlah uang yang cukup besar untuk ongkos, tapi aku tak bisa menyanggupi dan hanya memberi seberapa yang kumampu saja. Beberapa hari kemudian, aku melihat ibu itu lagi tengah berbincang dengan seorang pemuda yang kuperkirakan masih kuliah. Pemuda itu menunjuk kesebuah arah, sepertinya menjelaskan sesuatu. Barulah aku sadar bahwa aku telah tertipu, dan pemuda itu pastilah korban berikutnya. Bukan bersuudzhan, tapi tak mungkin saja dalam waktu yang tak terlalu lama bisa tersesat dua kali, kalopun masih tersesat tentu pakaian yang digunakannya akan sama ketika dia bertemu denganku.

Kembali ke laki-laki yang berusia sekitar 40-an tadi, aku berusaha menghindar dan menyuruhnya bertanya kepada warga yang lebih mengerti petunjuk dan arah jalan. Dia pun menyetujui, akupun mempercepat langkah agar terhindar dari situasi yang membingungkan ini. Sempat tertinggal cukup jauh, tapi kemudian dia mengejarku. Yiah...!!!

Laki-laki itu kembali bercerita dan aku terus memberikan pertanyaan menyelidik. Kemudian muncullah kata-kata pamungkas “ Demi ALLAH mba’, saya tidak berbohong, saya bersumpah” . Ketika nama ALLAH sudah disebut aku tak bisa lagi mengelak. Kata-kata itulah yang akhirnya membuatku menyerahkan 1 lembar uang sepuluh ribuah (karena hanya itu yang tersisa di dompetku saat itu...). Sesaat setelah uang berpindah tangan, dia pergi mendahuluiku. Padahal jarak dari persimpangan masih beberapa meter lagi. Dia terlihat begitu terburu-buru. Mungkin ingin segera menghadiri pemakaman keluarga dekatnya itu. Sebelum berpisah, aku mengucapkan kata-kata simpati dan do’a kepada laki-laki itu. Dia beberapa kali mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

Walaupun terus bertanya-tanya, tapi aku kembali meluruskan niat. Yah niatku adalah untuk membantu, jika cerita itu benar maka aku sangat bahagia telah bisa membantu, tapi jika cerita itu hanya karangan semata cukuplah ALLAH yang memberikan balasan. Itulah yang membuat hati menjadi lega.

No comments:

Post a Comment