Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Wednesday, April 21, 2010

The Power of Give II


Tiba-tiba saja langit menjadi hitam kelam dan memuntahkan segala isinya, padahal kuliah sore ini belumlah usai. Kilat menyambar bersahut-sahutan dengan gemuruh, membuat keinginan untuk segera sampai kost-pun tak terelakkan lagi. Beberapa menit kemudian, perkuliahan pun usai. Teman-temanku segera berhamburan dan meninggalkan kelas. Ketika akan pulang, tiba-tiba seorang teman mencegat langkahku. Dia melarangku pulang dengan berjalan kaki, selain cuaca yang memang tengah tak bersahabat, tak baik juga bagi seorang wanita berjalan saat hari sudah mulai gelap, katanya. Aku tak terlalu mengacuhkan kata-kata itu, yang kuinginkan hanyalah segera pulang, kalaupun menunggu hujan reda rasanya mustahil karena sepertinya hujan ini akan lama. Lagian jarak 500 meter tidak terlalu jauh. Jadi kupikir tak masalah, toh ini sudah menjadi makananku sehari-hari. Lagian aku memilih rute jalan raya, jadi Insyaallah aman.

Tapi temanku itu terus mencegah, dia tidak membolehkanku pulang sebelum dia mengantarku dengan taksi. Kembali terjadi hukum magnet, tolah menolak dan tarik menarik. saking ekstrim-nya dia mengambil payungku agar tak bisa pulang. Ah merepotkan sekali pikirku... Akhirnya setelah taksi berada di depan mata, akupun berhenti melakukan perlawanan. Yah, apa salahnya membiarkan orang berbuat baik. Sesaat kemudian aku sampai di kost-an. Dengan mengucapkan terima kasih, kamipun berpisah.

Dua hari kemudian saat kuliah pagi usai, temanku itu bercerita bahwa sebelum berangkat kuliah dia mendapat rezeki yang tak disangka-sangka. Saat menunggu bus, tiba-tiba saja ada sebuah taksi yang berhenti didepannya. Dan ketika kaca jendela dibuka, muncullah wajah yang cukup ia kenal. Yah, dia itu adalah salah seorang pejabat dari daerah temanku berasal. Kemudian pejabat itu menumpangi-nya taksi. Dan setelah sampai dikampus, pejabat tadi memberikan uang beberapa ratus ribu ke temanku. Tentu saja temanku menolak, karena atas dasar apa dia menerima uang tersebut. Tapi pejabat itu berkata, bahwa uang ratusan ribu yang dia berikan kepada temanku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rezeki yang ia peroleh ketika berkunjung ke kota Yogya ini. Dan sebagai saudara satu kampung, apakah salah jika ia ingin berbagi rezeki? Akhirnya temanku-pun menerima uang tersebut.

Subhanallah, sungguh luar biasa. Rezeki yang temanku peroleh hari ini bisa jadi buah dari keikhlasannya mengantarkanku pulang padahal cuaca saat itu benar-benar menggoda semua orang untuk egois dan menyelamatkan diri masing-masing. Tapi tidak dengan temanku itu. Dia telah menganggapku sebagai adik perempuan yang harus dijaga sebagai mana ia selama ini menjaga ibu, istri dan anak perempuannya. Dia sering berkata kita semua bersaudara, dengan logat Timurnya yang khas, jadi kita harus saling membantu. Temanku itu memang terkenal dengan kemurahan hatinya. Dia begitu ringan tangan jika membantu. Kebaikan-kebaikannya tidak aku saja yang merasakan tapi juga teman-teman yang lainnya. Semoga saja kelak kebaikan-kebaikan inilah yang mengantarkannya kesyurga.

Temanku tadi sempat memberi-ku satu lembar uang 50ribuan dengan alasan ingin berbagi rezeki yang baru saja ia terima. Tapi aku menolak dengan halus. Ada saatnya kita menerima kebaikan seseorang dan ada pula saatnya untuk menolak. Dan saat ini aku bukanlah orang yang berhak menerimanya. Dia pun mengamini, mungkin ini jatah orang lain katanya. Subhanallah.

No comments:

Post a Comment