Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Monday, May 24, 2010

Love Forever



Di ujung radio, terdengar suara seorang konsultan rumah tangga yang sedang mempromosikan acara workshop yang akan digelarnya. Yang menarik minatku bukanlah promosinya, tapi fakta-fakta dan penjelasan-penjelasan yang diberikan.

Ternyata tingkat perceraian di Indonesia grade-nya cukup tinggi. Banyak hal yang menjadi faktor pemicunya seperti STH ( Status tanpa hubungan). Yah, banyak pasangan yang telah mengantongi status Menikah. Tapi sayang pernikahan itu terkadang malah membuat mereka menjadi orang asing atau bahkan tidak memiliki keterhubungan antara satu dengan yang lainnya.

Bagaimana bisa? Alasan cukup klise, salah satunya adalah karena tuntutan hidup. Tuntutan hiduplah yang membuat orang-orang sibuk bekeja. Baik suami maupun istri. Dalam sehari, pertemuan mereka hanya terjadi beberapa jam saja, yaitu sekitar 2-3 jam. Dan kadang yang mereka bicarakan pun bukanlah hal-hal yang penting, hanya menanyakan kabar, atau sesuatu yang tak bermakna sehingga munculah kehambaran dalam rumah tangga yang bisa berujung pada perceraian.

Selain itu, mengenal pasangan selama bertahun-tahun sebelum menikah bukanlah suatu jaminan kelanggengan. Ada yang berpacaran selama hampir sepuluh tahun, namun ketika menikah dan memasuki tahun ke-dua pernikahan, si istri meminta cerai. Alasannya adalah karena ternyata waktu sepuluh tahun bukanlah waktu yang cukup untuk mengenal seorang laki-laki dan ketika berumah tangga ada saja hal-hal baru yang membuat dia shock dan tidak siap.

Ungkapan yang lazim diucapkan pasangan sebelum menikah seperti “saya akan menerima kamu apa adanya...” ternyata suatu hal yang nonsense. Kejutan-kejutan dalam rumah tangga akan selalu hadir. Disilah perlu kesiapan, terutama kesiapan emosional. Karena apabila tidak siap dengan perubahan-perubahan ini maka bisa jadi akan timbul kualitas komunikasi yang buruk.

Saya ingat, seorang ustadzah dulu pernah berkata bahwa setelah sekian tahun menikah dan mempunyai anak, dia terkadang masih terkaget-kaget dengan sikap suaminya. Yah, ada saja hal-hal baru yang terkadang menimbulkan pertanyaan “Is that my husband?” or “Is that my wife?”. Hmm...mungkin itulah ajaibnya rumah tangga.

Awal-awal menikah katanya sih indah, tapi setelah beberapa tahun kemudian akan muncul konflik-konflik yang tentu harus disikapi secara arif oleh kedua pasangan. Salah satu pesan menarik yang kutangkap adalah kita tidak hanya sekedar mencari suami atau istri tapi cariah soulmate (belahan jiwa).

Tentunya permasalahan yang ada dirumah tangga bukanlah suatu hal yang membuat orang-orang yang belum menikah menjadi takut untuk terikat dalam suatu komitmen. Konflik-konflik yang ada bukan disikapi untuk berpisah atau bercerai, tapi bagaimana caranya menciptakan hubungan yang lebih berkualitas dari konflik-konflik yang ada.

Kuncinya hanya satu, laki-laki itu membutuhkan pelabuhan yang nyaman dan tentram. Ketika dua kriteria itu terpenuhi maka dia tidak akan pernah mencari pelabuhan yang lain. Namun, laki-laki juga harus ingat bahwa dia harus mengajarkan si istri bagaimana caranya menciptakan pelabuhan yang nyaman dan tentram itu, agar bisa terus diarungi bersama.

No comments:

Post a Comment