Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Monday, May 10, 2010

Poligami



Wanita mana yang ingin dipoligami? Mungkin jawabannya tidak ada karena sunatullahnya tidak seorang wanita pun yang ingin kasih dan sayangnya dibagi oleh sang suami. Walaupun ada yang ikhlas membagi suaminya untuk wanita lain, tetap saja di lubuk hati yang terdalam tentu amat sangat berat menjalaninya.

Saya ingat salah satu dialog dalam film Ketika Cinta Bertasbih I, dimana di ending film tersirat sebuah pesan yang cukup penting, khususnya bagi wanita (menurut pendapat saya). Disana diceritakan ketika Furqon beserta keluarganya datang menemui keluarga Anna Al Thafunnisa dalam rangka mengkhitbah, pihak laki-laki mempersilahkan calon mempelai wanita untuk mengajukan mahar yang diinginkan. Sang wanitapun tidak meminta macam-macam, hanya mengajukan dua syarat yang kelak menjadi penentu syahnya akad nikah. Syarat pertama, setelah menikah si wanita ingin tetap berada dilingkungan pesantren. Dan syarat kedua, selama dia masih hidup dan masih mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri maka dia tidak mengizinkan suaminya menikah lagi.

Syarat pertama bukanlah suatu masalah bagi Furqon, tapi syarat kedua agak sulit dipenuhi karena bukankah itu berarti Anna mengharamkan poligami?. Dengan cerdas Anna menjelaskan bahwa dia tidak pernah mengharamkan poligami dan mempersilahkan sang calon suami untuk berpoligami tapi Anna tidak bersedia menjadi salah satu wanita yang terlibat didalamnya. Dialogikan seperti ini, ketika kelak menikah maka Anna melarang suaminya untuk memakan jengkol karena dia tidak suka dengan baunya, bukan berarti jengkol menjadi haram hukumnya. Syarat yang diajukan oleh Anna ini bukan untuk mempersulit tetapi atas dasar faedah dan manfaat untuk dirinya dan juga anak-anaknya kelak. Dan ternyata hal ini dibolehkan dalam Islam.

Dialog-dialog cerdas tersebut tak terlepas dari kecerdasan penulis novelnya yaitu Habiburrahman El Shirazy (Kang Abik). Disini saya melihat Kang Abik tidak hanya memandang poligami dari kacamata laki-laki tetapi mencoba lebih objektif melihat dari sudut pandang seorang wanita. Islam memperbolehkan poligami dengan syarat adil. Tapi Rasulullah, manusia yang paling adil didunia sekalipun dan yang merasa sudah berbuat adil dari segi manusiawinya, ternyata masih saja dicemburui oleh istri-istrinya. Namun tentu saja kecemburuan Ummul Mu’minin ini karena bentuk kecintaannya dan ingin mempersembahkan yang terbaik untuk sang Habibullah.

Terlepas dari setuju maupun tidak setuju, yang jelas setiap wanita pasti ingin seperti Fatimah binti Muhammad yang selama hidupnya tidak pernah dimadu oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib, atau seperti Siti Khadijah yang selama hidupnya tidak pernah di madu oleh Rasulullah SAW. Wallahualam.

No comments:

Post a Comment