Welcome to Matahari Ilmu

Jika hidup itu mengajarkanmu banyak hal, maka tuliskanlah sebagai sebuah tinta sejarah yang penuh hikmah....


Monday, May 24, 2010

Soulmate Hunting

Matahari sudah mulai condong ke Barat ketika kubuka situs jejaring pertemanan itu. Awalnya hanya bermaksud untuk selingan saja sambil mengerjakan tugas-tugas yang memang sudah deadline. Tapi kebablasan juga, karena ada beberapa teman yang mengajak chatting. Dipojok kanan sana terlihat seorang teman yang menyapa. Awalnya sih biasa seperti pembukaan secara umum. Namun ending-nya, tetap pertanyaan konfirmasi apakah aku sudah menikah atau belum. Yah, pertanyaan yang sudah tidak asing lagi ditelingaku. Dan sepertinya sudah menjadi nyanyian yang terus didengung-dengungkan hingga saat ini.

Yang menarik adalah, sang teman curhat. Dia bilang, 3x kali ta’aruf dan 3x pula ditolak. Dia menjadi agak sedikit apatis dan kemudian mengeneralisasikan sebuah kesimpulan bahwa wanita sekarang ini tidak lagi menerima laki-laki apa adanya, tetapi adanya apa dari laki-laki itu.

“Tidak semua wanita seperti itu,” ucapku sedikit berargumentasi. Bisa jadi laki-lakinya yang terlalu memilih atau bisa jadi jalur yang ditempuh kurang ahsan.

Temanku kemudian menjawab, jalur yang ditempuh sudah baik. Wanita yang dipilih tidak pula yang berlebihan, mereka semua berusia lebih tua dan tidak cantik-cantik amat. Tapi ya itu..gagal maning…gagal maning…tak satu pun yang berhasil!!! Temanku beranggapan bahwa wanita-wanita tersebut menolak karena dia belum tamat kuliah dan belum memiliki pekerjaan yang mapan.

Aku hanya mencoba menghibur…”Yah, mungkin belum jodoh atau timing-nya yang belum tepat”

Sebenarnya kalo boleh jujur, penolakkan itu wajar adanya, walaupun mungkin terkesan agak kejam. Karena bagaimanapun wanita memiliki kecendrungan untuk memilih laki-laki yang dewasa, walaupun umur tak bisa dijadikan patokan dari kedewasaan seseorang. Wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki maka wajar jika dia ingin dijaga, dilindungi dan diberi kenyamanan. Dan wanita bisa kehilangan “minat” jika laki-laki tersebut ternyata masih kenak-kanakan atau manja. Bisa-bisa nanti si istri yang malah ngemong suaminya.

Dan apakah tidak boleh jika seorang wanita memimpikan sosok suami yang mapan secara financial? Dalam artian, laki-laki yang kelak bisa memenuhi kebutuhan si istri dan juga kebutuhan “malaikat-malaikat kecil” yang akan dilahirkannya? Dan apakah tidak boleh seorang wanita mengharapkan kenyamanan bagi dirinya dan anak-anaknya kelak?

Rasanya boleh-boleh saja, asalkan hal tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat dan tidak untuk mempersulit. Ketika laki-laki diperbolehkan memilih wanita karena empat hal, maka wanita juga memiliki hak yang sama. Meskipun yang dianjurkan tetaplah mengutamakan agamanya.

Masalah jodoh memang sesuatu yang misteri, hanya Tuhan yang tau siapa yang terbaik untuk masing-masing hamba-Nya.

Sesaat anganku melayang jauh, membayangkan sosok yang kelak ditakdirkan untukku. Semoga saja laki-laki yang dipilihkan ALLAH adalah laki-laki yang baik akhlaknya. Aku sadar bahwa laki-laki yang tersisa hanyalah laki-laki akhir zaman yang mencoba bertahan untuk terus bisa menjadi seorang hamba yang ta’at dan mengikuti risalahnya. Dan aku sendiri juga hanyalah seorang wanita akhir zaman yang mencoba untuk tetap istiqomah di jalanNya.

No comments:

Post a Comment